PT ASDP Ketapang Batal Berlakukan Tarif Ganda

Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur. TEMPO/Ika Ningtyas
Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur. TEMPO/Ika Ningtyas

TEMPO.COBanyuwangi - PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (PT ASDP) Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, terpaksa membatalkan rencana penerapan tarif ganda di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, dan Pelabuhan Gilimanuk, Bali.

Pelaksana tugas General Manager PT ASDP Ketapang Saharuddin Koto mengatakan hal itu dilakukan setelah Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menolaktarif ganda yang diusulkan PT ASDP Indonesia Ferry.

Selain di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, dan Pelabuhan Gilimanuk, Bali, tarif ganda akan diberlakukan di Pelabuhan Merak, Banten.

Ihwal tarif angkutan mudik 2015 yang akan diberlakukan pada angkutan penyeberangan, menurut Saharuddin, PT ASDP Ketapang masih menunggu keputusan PT ASDP pusat. “Saat ini PT ASDP pusat masih menggodok lagi ketentuan tarif baru,” ucap Saharuddin, Selasa, 7 Juli 2015.

Saharuddin menjelaskan, materi pembahasan terkait dengan rencana pemberian diskon bagi pemudik pada siang hari, seperti permintaan Jonan. Sedangkan yang menyeberang pada malam hari tetap dikenai tarif normal.

Saharuddin menuturkan seharusnya tarif ganda tersebut diberlakukan 13-16 Juli 2015. Tujuannya, memecah kepadatan pemudik pada malam hari.

Dengan tarif ganda, kata Saharuddin, penyeberang pada pukul 18.00-06.00 dikenai tarif dua kali lebih mahal daripada tarif normal. Sedangkan penyeberangan pada pukul 06.00-18.00 berlaku tarif lebih murah.

Tarif normal untuk sepeda motor Rp 24.500 per unit dan mobil Rp 148.500 per unit. Jadi, bila menyeberang pada malam hari, tarif menjadi Rp 49 ribu untuk sepeda motor dan Rp 297 ribu untuk mobil.

Namun kebijakan tarif ganda itu diprotes sejumlah calon pemudik dari Bali dengan melayangkan petisi kepada Jonan. “Kami masih punya waktu untuk mengevaluasi tarif tersebut,” ujar Saharuddin.

Petisi dibuat oleh Lulut Joni Prasojo, calon pemudik dari Denpasar, Bali, pada Selasa, 30 Juni 2015, melalui www.change.org. Untuk mengurai kepadatan pemudik, ucap Lulut, seharusnya tidak dengan menaikkan tarif pada malam hari, melainkan dengan menambah jumlah kapal dan dermaga.

Luhut menuturkan penyebab utama kemacetan adalah kurangnya jumlah armada dan dermaga di Pelabuhan Ketapang, Gilimanuk, dan Pelabuhan Merak, Banten. Akibatnya, pemudik yang menggunakan sepeda motor harus antre dua-lima jam, sementara mobil menunggu 10-15 jam. “PT ASDP hanya mencari keuntungan sebanyak-banyaknya,” katanya.

IKA NINGTYAS