TEMPO.CO, Makassar - Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) VII/Wirabuana, Mayor Jenderal TNI Bachtiar, mengatakan para pelaku penyerangan yang menewaskan anggota Kostrad Kariango, Prajurit Satu Aspin M, harus ditangkap dan diproses sesuai hukum yang berlaku. Karena itu, pihaknya bersama Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan dan Barat telah membentuk tim investigasi terpadu. "Tim investigasi terpadu telah dibentuk. Intinya, kasus ini harus diungkap. Pelakunya harus ketemu dan diproses," kata Bachtiar di Markas Kodam VII/Wirabuana, Senin, 13 Juli.
Tim khusus itu dipimpin langsung oleh dirinya bersama Kepala Polda Sulawesi Selatan dan Barat, Inspektur Jenderal Anton Setiadji. Sejumlah perwira bidang intelijen dilibatkan dalam tim investigasi terpadu tersebut.
Baca juga:
Heboh Pohon Uang, Duit Rp 2,6 M Mendadak Jatuh Bak Daun!
Majikan Tergoda Rayuan Pembantu, Rp 51 Juta Raib
Selama tim investigasi terpadu bekerja, Bachtiar meminta agar semua pihak tidak berprasangka buruk. Ia juga memperingatkan kepada para prajuritnya agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar. "Saya pesan jangan membabi-buta. Tunggu hasil investigasi. Semoga tidak lama pelakunya bisa ditangkap," tuturnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, Aspin dan rekannya Prajurit Satu Faturahman, dikeroyok sekelompok orang tak dikenal. Sebelum menganiaya kedua prajurit TNI itu, para pelaku sempat menanyakan identitas korban yakni "Kamu polisi atau tentara?". Usai mendapat jawaban dari korban, penganiayaan itu pun terjadi.
Faturahman yang ditanyai oleh pelaku lantas ditikam pada bagian perut. Faturahman melakukan perlawanan dibantu oleh Aspin. Karena kalah jumlah, keduanya memilih kabur untuk menyelamatkan diri. Faturahman yang melarikan diri sempat ditikam pada bagian punggung. Ia berhasil selamat karena ditolong oleh pengendara bermotor yang melintas.
Baca juga:
Ditahan Polisi, Pengemis Ini Punya Tabungan Rp 22 Miliar
Ini Rahasia Orang Sumedang Pantang Salat Id pada Hari Jumat
Adapun, Aspin yang mencoba menyelamatkan diri tertangkap oleh para pelaku. Salah seorang dari mereka lantas menghunuskan parang samurai yang mengenai dada kiri korban. Setelah melancarkan perbuatan kejinya itu, gerombolan pelaku penganiaya prajurit TNI langsung kabur meninggalkan lokasi.
Aspin dan Faturahman dibawa ke RS Syekh Yusuf, Kabupaten Gowa, yang berada tak jauh dari TKP. Namun, karena kondisinya cukup parah, mereka kemudian dirujuk ke Makassar. Faturahman dibawa ke RS Pelamonia. Sedang, Aspin dilarikan ke RS Wahidin Sudirohusodo. Pemuda itu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya sekitar pukul 07.47 Wita.
Pasca-insiden itu beredar rumor yang menyebutkan bahwa penyerangan itu diduga berkaitan penyerangan pos polisi di bundaran Samata, Kamis, 2 Juli lalu. Dalam peristiwa berdarah itu, seorang anggota Polres Gowa, Brigadir Irvanudin, tewas dengan luka parah bekas bacok di sekujur tubuhnya. Dua rekannya, Brigadir Dua Usman dan Brigadir Mus Muliadi, ikut terluka tapi berhasil selamat.
Disinggung soal keterkaitan insiden penyerangan polisi dengan penyerangan tentara itu, Bachtiar mengaku tidak mengetahui. "Saya kurang monitor itu," ucapnya.
TRI YARI KURNIAWAN