TEMPO.CO, Jakarta - Seorang ibu terlihat kebingungan saat memasuki peron 3 Stasiun Senen, Jakarta Pusat, sambil menggendong bayinya dan membawa dua tas besar. Namun ekspresi lega muncul dari wajahnya tatkala seorang remaja berseragam Pramuka segera membantu membawakan bawaannya dan mengarahkannya ke gerbong tujuannya.
Oca, 17 tahun, mengatakan senang bisa membantu para pemudik di Stasiun Senen. Menurut dia, anggota Pramuka Penegak Laksana setiap tahun membantu para pemudik yang sering masih menemui kesulitan dalam mencari informasi dan membawa barang.
"Kita fokusnya membantu para ibu yang mudik tanpa suami dan membawa anak, karena biasanya mereka kesulitan," kata Oca saat ditemui di tengah kesibukannya di Stasiun Senen, Jakarta, Senin, 13 Juli 2015.
Pada saat remaja lain menikmati liburan mereka, Oca dan sebelas remaja lain sejak pukul 08.00 WIB sudah berada di Stasiun Senen, bersiaga membantu para pemudik. Meski mengaku lelah karena bekerja tanpa henti hingga menjelang waktu berbuka puasa, Oca mengatakan kegiatan ini menyenangkan karena dilaksanakan bersama teman-temannya di Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DKI Jakarta.
"Capek, sih, tapi seru. Soalnya ramai, kan, banyak teman-teman," katanya.
Oca menuturkan tahun ini merupakan kali kedua ia mengawal pemudik Lebaran. Tahun lalu, saat baru saja masuk sekolah menengah atas, ia membantu pemudik di Terminal Damri Kemayoran. Banyak pengalaman yang ia dapat sebagai relawan mudik Lebaran. Salah satunya saat membantu ibu yang membawa anak.
"Biasanya ada ibu duduknya terpisah sama anaknya, beda gerbong. Nah, kita bantuin untuk minta penumpang lain berbaik hati tukeran," kata Oca.
Oca, yang sudah berpengalaman membantu mengatasi berbagai kesulitan pemudik, memiliki saran bagi para pemudik. Ia mengimbau para pemudik tidak terlalu banyak membawa barang karena akan merepotkan diri sendiri.
"Kemarin ada nenek-nenek sendirian bawa tas besar tiga. Kita bantuin, sih, tapi nanti turunnya gimana? Belum tentu ada yang bantuin," kata Oca.
Widya, 40 tahun, pengurus Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, menyebutkan kegiatan yang disebut Karya Bakti Pramuka untuk Lebaran ini sudah diadakan sejak dia masih remaja, pada 1980-an. Widya mengenang, mudik pada zaman dulu jauh lebih merepotkan dari pada saat ini.
"Kalau dulu, mudik itu ribet sekali, beda sama sekarang, yang bisa beli tiket online. Dulu orang beli tiket harus antre, sampai menginap. Bayangkan, anak-anak kecil keluyuran," katanya sambil tertawa.
Widya menyatakan kegiatan tahunan ini mengusung semangat salah satu Dasadarma Pramuka, yakni rela menolong dan tabah.
"Kegiatan ini mengajarkan bagaimana mereka bersosialisasi dengan masyarakat dengan membantu apa yang bisa mereka bantu. Itu menjadi bekal mereka," ucap Widya.
Tahun ini, Kwartir Daerah DKI Jakarta menurunkan sepuluh anggota Penegak di hampir semua stasiun, terminal, dan pelabuhan di Ibu Kota. Mereka bersiaga dari H-7 hingga H-1 Lebaran.
Kendati menjadi relawan yang harus bekerja keras tanpa dibayar, Widya mengatakan, para anggota Pramuka sangat antusias untuk terlibat dalam kegiatan ini.
"Banyak yang berebut mendaftar. Mereka mencari pengalaman dan badge untuk naik tingkat. Sekaligus juga mencari pahala," kata Widya berkelakar.
Menurut Widya, tidak banyak perkembangan dalam kegiatan ini dari tahun ke tahun, tapi pekerjaan para relawan menjadi semakin mudah.
Bantuan yang ditawarkan para anggota Pramuka antara lain memberikan informasi. Namun jika ada pemudik yang kesulitan membawa barang, para relawan tidak segan mengulurkan tangan.
"Tapi kami membatasi bantuan membawakan barang karena sudah ada porter. Kami tidak ingin mengambil pekerjaan mereka," kata Widya.
Widya berharap kinerja para relawan Pramuka semakin baik. Khususnya dalam membantu para pemudik dengan memanfaatkan teknologi informasi.
NIBRAS NADA