TEMPO.CO, Damaskus - Menjelang hari raya Idul Fitri, KBRI Damaskus kembali memulangkan 30 wanita buruh migran Indonesia (BMI) ke Indonesia melalui Beirut-Lebanon pada Rabu, 15 Juli 2015.
Ke- 30 BMI tersebut telah berhasil diperjuangkan dan diselesaikan segala permasalahan hak-haknya.
“Karena Bandara Damaskus-Suriah dinilai kurang aman, rombongan repatriasi TKW ini akan dipulangkan melalui Beirut-Lebanon dan akan dilanjutkan proses kepulangannya oleh KBRI Beirut,” kata Pelaksana Fungsi Penerangan Sosbud KBRI Damaskus, AM Sidqi dalam pernyataan pers yang diterima Tempo, Selasa, 14 Juli 2015.
Dalam rombongan tersebut, terdapat lima BMI asal Jawa Barat dan NTB korban perdagangan manusia yang berhasil diselamatkan dan diperjuangkan hak-haknya oleh KBRI Damaskus.
Dengan keberangkatan sebanyak 30 BMI tersebut, berarti KBRI Damaskus telah memulangkan 7.786 orang WNI dari Suriah sejak tahun 2011 silam.
Sementara masih terdapat 80 BMI yang masih diperjuangkan hak-haknya di penampungan sementara (shelter) KBRI Damaskus per 13 Juli 2015. Sebanyak 25 di antaranya korban perdagangan manusia.
Duta Besar RI untuk Suriah, Djoko Harjanto, mengatakan bahwa misi utama KBRI Damaskus di Suriah adalah perlindungan dan repatriasi WNI.
Sejak September 2011, terlebih lagi dengan kondisi keamanan di Suriah yang semakin memburuk, Pemerintah RI telah melakukan moratorium pengiriman tenaga kerja dan melakukan repatriasi terhadap seluruh WNI di Suriah.
Pemerintah RI telah menetapkan bahwa TKW/PLRT yang masuk setelah masa moratorium sejak September 2011 ke Suriah merupakan korban dari perdagangan orang (Tindak Pidana Perdagangan Orang/TPPO).
Menurut Sidqi, salah satu kendala terbesar repatriasi adalah masih terus mengalirnya BMI korban perdagangan manusia masuk ke Suriah kendati negeri itu dalam kondisi perang hingga saat ini.
Setiap pekan, rata-rata tujuh BMI korban baru perdagangan manusia masuk ke shelter KBRI Damaskus. Kebanyakan dari mereka berasal dari sindikat gelap penyalur BMI di Indonesia atau operan dari agen BMI asal negara Oman yang telah habis kontraknya.
Melihat kondisi seperti ini, maka repatriasi WNI dari Suriah akan sulit dipastikan selesai. “"Jika tidak distop dari Tanah Air, maka KBRI Damaskus akan 'cuci piring' tidak habis-habis," ujar Sidqi.
NATALIA SANTI