Kisah 'Sahur on Duty' Para Penyidik KPK  

Dua penyidik KPK membawa box berisi berkas-berkas, setelah menggeledah kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, 16 Desember 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Dua penyidik KPK membawa box berisi berkas-berkas, setelah menggeledah kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, 16 Desember 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Situasi di teras kantor pengacara Otto Cornelis Kaligis Selasa dinihari lalu tak seperti biasa. Delapan wartawan dan sebelas personel Brigade Mobil Kepolisian bersenjata laras panjang menjadi pembeda.

Di dalam kantor enam lantai itu, belasan anggota tim gabungan penyidik dan jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi sedang melakukan penggeledahan terkait kasus dugaan penyuapan hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Medan, Sumatera Utara. Diduga OC Kaligis dan anak buahnya terlibat.

Namun bukan cuma urusan penggeledahan yang dipikirkan penyidik KPK ini. Kepada Tempo, ia bercerita soal seringnya sahur sambil bekerja. "Sudah tak terhitung berapa kali saya sahur begini. Kadang di kantor, kadang di luar," kata dia. Di sela-sela ia mencari angin segar, di teras yang sama, penyidik itu menuturkan pengalaman sahur yang paling tak terlupakan.

Ketika itu, dinihari 30 Juli 2012, dia harus berada di kantor Korps Lalu Lintas Kepolisian. Bersama tim, ia menggeledah kantor yang berlokasi di Jalan MT Haryono itu terkait kasus dugaan korupsi proyek pengadaan Simulator Surat Izin Mengemudi. Penyidik ini mengakui ada hal yang berbeda ketika itu. "Suasananya menegangkan," ujar dia.

Suasana mencekam itu muncul karena penggeledahan dilakukan sebelum KPK mengumumkan status tersangka telah dikenakan ke Kepala Korlantas Inspektur Jenderal Djoko Susilo--pengumuman dilakukan sehari setelahnya. Dinihari itu, polisi melarang tim KPK membawa dokumen dari kantor tersebut.

Tiga pimpinan KPK ketika itu, yaitu Ketua Abraham Samad dan dua wakilnya, Bambang Widjojanto dan Busyro Muqoddas, datang ke kantor Korlantas untuk mendampingi tim penyidik. "Pimpinan datang, semangat kami meningkat," ujarnya.

Lantaran sudah memasuki waktu sahur, sebagian anggota tim KPK hendak keluar dari lokasi penggeledahan untuk membeli makanan. Tapi itu tak mudah karena upaya itu juga dihalang-halangi polisi. "Orang kami harus berdebat panjang hanya untuk membeli makanan sahur," ujar penyidik ini.

Kondisi serba susah waktu penggeledahan markas Korlantas membuat tim penyidik tak punya banyak pilihan makanan. "Waktu di Korlantas itu kami makan nasi ayam McD. Sederhana, tapi terasa istimewa sekali," kata penyidik ini.

"Sahur on duty dinihari kemarin tentu tak berbeda kondisinya. Kali ini tidak ada persinggungan antara KPK dengan Kepolisian. Anggota Brimob dan tim KPK terlihat bersahabat. Menu makanannya pun berbeda. Kali ini tim KPK menyantap satai ayam. "Kali ini bisa makan enak dengan tenang, ha-ha-ha."

Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi KPK Priharsa Nugraha mengatakan penyidik KPK tidak akan menghentikan tugasnya meskipun mereka bertugas sejak malam hingga pagi. Jika harus sahur, menurut Priharsa, para penyidik akan melaksanakan sahur di lokasi kegiatan.

"Sudah menjadi prosedur bahwa penyidik harus taat. Jadi, apa pun kondisinya, para penyidik tak akan berhenti melakukan tugasnya. Sebab, mereka harus seefektif mungkin bekerja," kata Priharsa melalui pesan pendek kemarin.

MUHAMAD RIZKI