TEMPO.CO, Jakarta - Komisaris Jenderal Budi Waseso menengarai ada orang atau kelompok yang menginginkan dia dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal. Meski begitu, Budi Waseso mengaku tak mengetahui siapa orang yang dimaksud.
"Makanya berharap kencang, pokoknya gelap mata pengin saya diganti saja," kata Budi Waseso di Mabes Polri, Kamis, 16 Juli 2015.
Menurut Budi Waseso, sudah menjadi risiko penegak hukum bila tidak disukai banyak orang. Apalagi pihak-pihak yang sedang bermasalah dengan hukum. Budi Waseso meyakini banyak pihak yang tidak menyukainya. (Baca: Petisi Pencopotan Kabareskrim, Budi Waseso: Ngapain Saya Pikirin)
"Pasti, dong. Kalau enggak suka, pasti dia nyerang. Tapi saya anggap orang itu tidak tahu," ujar Budi Waseso.
Mantan Kepala Kepolisian Daerah Gorontalo itu menegaskan sikapnya selama ini tidak pernah bertentangan dengan hukum. Justru, kata Budi Waseso, dia hanya menjalankan tugas penegak hukum berdasarkan laporan masyarakat. "Silakan diaudit, wong saya ini fair, kok," tuturnya. "Memangnya saya melakukan kejahatan apa?"
Baca juga:
Budi Waseso Dinilai Sudutkan Syafii, Muhammadiyah Dihina?
Ribut Polisi Vs KY, Buya Syafii: Negara Gali Kubur Sendiri!
Sebelumnya, ribuan netizen menandatangani petisi seruan pencopotan Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso pada laman www.change.org/copotbuwas. Netizen sepakat menuntut Presiden Joko Widodo dan Kepala Kepolisian RI mencopot Budi Waseso karena dianggap melakukan pelemahan gerakan antikorupsi. (Baca: Ribuan Netizen Teken Petisi Copot Kabareskrim Budi Waseso)
Petisi itu digagas pada Rabu malam, 15 Juli 2015. Mereka menargetkan 5.000 orang menandatangani ajakan gerakan tersebut. Kurang dari 24 jam, sebanyak 3.508 orang ikut mendukung petisi. (Baca: Budi Waseso: Buya Syafii Jangan Campuri Hukum) dan (Tonton: Syafii Maarif: ''Copot Budi Waseso Sebagai Kabareskrim'')
Waseso pun mengimbau masyarakat agar melaporkannya ke Inspektorat Pengawasan Umum, Divisi Profesi dan Pengamanan, serta Komisi Kepolisian Nasional bila menemukan bukti kesalahan. "Biar mereka yang mengevaluasi saya. Memangnya saya berbuat semena-mena? Kan, tidak boleh," ucap Waseso.
DEWI SUCI RAHAYU