TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Presiden Jusuf Kalla yakin bahwa hari raya Idul Fitri tahun ini akan dirayakan bersama. Berdasarkan perhitungan yang ada, Kamis malam , hilal atau bulan baru sudah bisa terlihat.
"Menurut perhitungan hisab dan bulan kemunculan hilal besok lebih dari dua derajat," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu 15 Juli 2015. Kemunculan hilal di atas dua derajat itulah yang menjadikan dasar bahwa 1 Syawal jatuh pada Jumat tanggal 17 Juli 2015.
Selama ini memang ada perbedaan cara dalam menentukan Lebaran dan awal puasa. Muhammadiyah mendasarkan penetapannya pada perhitungan atau hisab.
Adapun pemerintah dan Nahdlatul Ulama menggunakan rukyatul hilal atau kemunculan bulan baru. Jika berdasarkan rukyat sudut bulan belum terlihat lebih dari 2 derajat, maka NU dan pemerintah tak akan menetapkan Lebaran atau awal Ramadan.
Kalla menilai dua cara tersebut sama-sama tepat. Menurutnya, dalam menentukan bulan baru manusia bisa menggunakan indera, keyakinan, serta ilmu. "Allah mengharuskan kita menuntut ilmu, agar tak cuma bisa lihat dengan mata. Jadi saya yakin pemerintah besok tak berbeda."
Sebelumnya, pada 7 Juli lalu Pengurus Pusat Muhammadiyah sudah memutuskan bahwa Lebaran akan jatuh pada hari Jumat, 17 Juli 2015. Hasil perhitungannya mirip, yakni bulan sabit dilihat pada 3,22 derajat.
Ulama NU pun meyakini Lebaran kali ini akan digelar bersamaan. "Insya Allah, baik NU ataupun Muhammadiyah akan merayakan Idul Fitri 1436 Hijriah pada Jumat, 17 Juli 2015," kata KH Muhammad Thobary Syadzily Al-Bantani, Ketua Lajnah Al-Falakiyah PWNU Banten, saat dihubungi Tempo, 14 Juli.
Keyakinan Thobary didasari perhitungan mempergunakan sistem ilmu hisab Nautical Almanac secara manual. Berdasarkan perhitungannya, pada Kamis, 16 Juli 2015, bulan sabit yang menandai bulan baru (Syawal) akan muncul.
Lebaran Kamis
Kendati begitu, ada juga yang menetapkan 1 Syawal berbeda dengan versi pemerintah dan NU-Muhmmadiyah. Tarekat Naqsabandiyah Sumatera Barat , misalnya, sudah menetapkan 1 Syawal 1436 Hijriah. Mereka akan merayakan Hari Raya Idul Fitri pada Kamis, 16 Juli 2015.
"Sudah kita tetapkan jauh-jauh hari. Kita Lebaran hari Kamis," ujar pemimpin Tarekat Naqsabandiyah Sumatera Barat, Mursyid Syafri Malin Mudo, kepada Tempo, Selasa, 14 Juli 2015.
Menurut Mursyid, penghitungan 1 Syawal berdasarkan kalender dengan metode hisab Munjid. Metode ini bersumber dari kitab Munjid yang dipercayai ini sejak turun-temurun.
"Metodenya sudah ada. Malah kita sudah bisa mengetahui 1 Syawal tahun depan," katanya.
Sebelumnya, tarekat ini menetapkan awal Ramadan 1436 Hijriah pada Selasa, 16 Juni 2015. Penghitungannya dimulai dari awal Hijriah tahun ini yang jatuh pada Kamis, yang dalam kalender itu hurufnya satu. Sedangkan Ramadan dalam hisab Munjid hurufnya lima.
Jadi huruf awal Hijriah dengan huruf Ramadan dalam kalender itu dijumlahkan. Hasilnya enam. Makanya puasa itu ditetapkan enam hari setelah Kamis. Yaitu hari Selasa, 16 Juni 2015.
Begitu pula An Nadzir di Sulawesi Selatan. Ratusan An Nadzir di Desa Mawang, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, itu sudah mengakhiri puasa Ramadhan 1436 Hijriyah pada Rabu sore, sekitar pukul 15.00 waktu setempat. Mereka merayakan Lebaran pada Kamis, 16 Juli.
Jamaah An-Nadzir juga menetapkan puasa Ramadhan 1436 H lebih awal, yakini Rabu, 17 Juni 2015, berbeda dengan pemerintah yang menetapkan awal puasa jatuh pada Kamis 19 Juni 2015.
Menurut pimpinan kelompok jamaah An-Nadzir, Lukman, penetuan jatuhnya 1 Ramadan ini berdasarkan hasil pengamatan perjalanan bulan yang dilakukan oleh pimpinan jamaah. Selain itu, penentuan awal Ramadan juga dilakukan dengan melihat tanda-tanda alam seperti air pasang surut di laut.
FAIZ NASHRILLAH | QARIS TAJUDIN | ANDRI EL FARUQI | AWANG DARMAWAN