Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Begini Kehidupan Warga Lokal dan Pendatang di Tolikara  

image-gnews
Suasana kawasan pertokoan yang kembali dibuka di kota Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, beberapa hari pasca kerusuhan Lebaran, 23 Juli 2015. TEMPO/Maria Hasugian
Suasana kawasan pertokoan yang kembali dibuka di kota Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, beberapa hari pasca kerusuhan Lebaran, 23 Juli 2015. TEMPO/Maria Hasugian
Iklan

TEMPO.COKarubaga - Seperti apa denyut hidup masyarakat lokal dan pendatang di Kabupaten Tolikara? Untuk mengetahuinya, sejarah lahirnya Tolikara menjadi rujukan awal. Seperti dituturkan Sekretaris Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Pendeta Marthen Jingga, lembah Toli pertama kali dikunjungi misionaris Kristen asal Amerika Serikat pada 1950-an.

“Mereka yang membangun bandara dan membuka jalan,” kata Marthen kepada Tempo di rumah misionaris GIDI di Tolihara, Rabu sore, 23 Juli 2015.

Penduduk Tolikara yang ditemui misionaris ini menganut kepercayaan lokal dan hidupnya masih sangat sederhana. Saat itu lembah Toli masih sangat tertutup, dan satu-satunya cara memasuki tempat ini adalah dengan berjalan kaki menelusuri hutan belantara. Itu sekitar 1950.

Di buku berjudul Datangnya Terang, Sejarah Injil Masuk Wilayah Toli yang ditulis Kondabaga, penduduk lembah Toli masih tinggal di honai, tanpa pakaian, sangat kuat kepercayaan pada jimat untuk menyembuhkan penyakit, serta sangat kuat dengan adat istiadatnya, seperti memotong jari tangan ketika anggota keluarga meninggal dan pesta bakar batu. Perang antarsuku pun kerap terjadi saat itu.

Masuknya misionaris asing mengubah lembah Toli menjadi lebih terbuka kepada masyarakat luar. Peninggalan misionaris masih terasa kuat dan hidup di masyarakat. Seperti bangunan gedung misionaris yang ada di Karubaga, ibu kota Kabupaten Tolikara, merupakan peninggalan misionaris asal Amerika Serikat dan Kanada. Cara hidup masyarakat Tolikara juga tampak dalam kehidupan mereka saat ini, seperti berpakaian, mencuci tangan sebelum makan, tinggal di rumah, serta mengenal teknologi untuk bertani dan berladang, seperti parang serta pisau untuk memotong kayu.

Setelah Kabupaten Tolikara berdiri pada 2002--melepaskan diri dari Kabupaten Jayawijaya, para pendatang dari Sulawesi Selatan (Toraja, Bone, dan Makassar), Pulau Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur), serta Sumatera (Tapanuli Utara dan Nias) mulai melirik Tolikara sebagai tempat mencari nafkah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari pengamatan Tempo, mayoritas para pendatang mencari nafkah dengan berdagang berbagai macam barang, seperti sembako, makanan dan minuman, pakaian,  suku cadang, dan service sepeda motor, material bangunan, kue dan jajanan, serta obat. Mereka juga ada yang sebagai penyedia jasa transportasi.

Penduduk lokal, seperti ibu-ibu dan anak-anak remaja, menjual sayuran dan buah-buahan di pinggir jalan. Mereka meletakkan barang dagangannya di tanah dan duduk menantikan para pembeli. Beberapa perempuan mengunyah pinang dan mengembangkan payung untuk menahan sinar matahari. Mereka duduk bercanda dengan pedagang di sebelahnya. “ Ini buah merah, asli Papua. Ini manis, enak,” tutur seorang ibu pedagang kepada Tempo.

Saat menelusuri pusat bisnis Tolikara yang berada di pinggir jalan utama Kota Karubaga, Tempo tak menemukan warga asli Papua sebagai pedagang. Mereka menjadi pembeli atau konsumen produk-produk yang dijual para pendatang. Saat membeli barang, mereka jarang menawar harga. Biasanya, mereka langsung membayar barang yang ditunjuk kemudian membawanya pulang.

MARIA RITA  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kuliah Tak Tepat Waktu, 142 Mahasiswa Asal Papua di Luar Negeri Dipulangkan

17 April 2022

14 mahasiswa baru dari Indonesia asal Papua tiba di Rusia atas beasiswa dari pemerintah Rusia. Sumber: dokumen KBRI Moskow, Rusia.
Kuliah Tak Tepat Waktu, 142 Mahasiswa Asal Papua di Luar Negeri Dipulangkan

Pemerintah Provinsi Papua akan memulangkan 142 mahasiswanya yang kuliah di luar negeri karena tidak menyelesaikan studi tepat waktu.


Bappeda Papua Sebut Pemkot Akan Dapat Jatah Dana Otsus Lebih Besar

12 Desember 2021

RUU Perubahan Tentang Otsus Papua Disahkan Jadi UU, Mendagri: Wujud Komitmen Pemerintah Sejahterakan Masyarakat Papua
Bappeda Papua Sebut Pemkot Akan Dapat Jatah Dana Otsus Lebih Besar

Pemkab dan Pemkot di Papua akan mendapatkan kewenangan pengelolaan dana otonomi khusus (otsus) lebih besar dari Pemprov.


KPK-Fitra Sepakat Tingkatkan Pengawasan Anggaran Di Papua

20 Mei 2021

Dialog Otonomi Daerah bertajuk
KPK-Fitra Sepakat Tingkatkan Pengawasan Anggaran Di Papua

KPK dan Seknas Fitra memberikan sejumlah rekomendasi yang harus dijalankan oleh Pemprov Papua dan Pemprov Papua Barat.


Kisruh Papua, Simak 4 Fakta Kejadiannya

30 Agustus 2019

Ilustrasi Panah. antarafoto.com
Kisruh Papua, Simak 4 Fakta Kejadiannya

Berbeda dengan demonstrasi sebelumnya yang terkendali, kemarin cenderung anarkistis. Maka terjadilah Kisruh Papua di sejumlah wilayah.


Pagu Dana Alokasi Khusus Fisik Papua 2019 Rp 4,991 Triliun

9 Februari 2019

Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama Gubernur Papua Lukas Enembe dan Bupati Mimika Eltinus Omaleng menandatangani perjanjian antara Pemerintah Pusat, Pemprov Papua, Pemkab Mimika dan PT Inalum tentang Pengambilan Saham Divestasi PT Freeport Indonesia di Kementerian Keuangan, Jakarta, 12 Januari 2018. Sebanyak 10 persen saham PT Freeport Indonesia itu akan dibagi dua, yaitu 7 persen untuk Kabupaten Mimika dan 3 persen untuk provinsi Papua. TEMPO/Subekti.
Pagu Dana Alokasi Khusus Fisik Papua 2019 Rp 4,991 Triliun

Pagu Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik tahun anggaran 2019 untuk pemerintah daerah di Provinsi Papua mencapai Rp 4,991 triliun.


Pengacara Pertanyakan Kerugian Negara Korupsi Gubernur Papua

4 September 2017

Ilustrasi korupsi
Pengacara Pertanyakan Kerugian Negara Korupsi Gubernur Papua

Dana yang mestinya untuk pendidikan disinyalir terserap untuk kepentingan lain. Sampai sekarang Bareskrim belum bisa menyebutkan jumlahnya.


Pesan Gubernur Papua Dominggus Mandacan: Sekarang Semua Keluarga

23 Mei 2017

Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan saat ikuti pelantikan Lima pasangan gubernur-wakil gubernur hasil Pilkada Serentak 2017 di Istana Negara, Jakarta, 12 Mei 2017. TEMPO/Subekti
Pesan Gubernur Papua Dominggus Mandacan: Sekarang Semua Keluarga

Mewakili suku-suku Nusantara di Papua Barat, Petrus Makbon kepala Suku Byak di Manokwari menyatakan dukungannya kepada gubernur Mandacan.


Kisruh Freeport, Gubernur Papua Lukas Enembe Temui Jokowi

14 Maret 2017

Gubernur Papua, Lukas Enembe, saat wawancara dengan wartawan Tempo Maria Rita di Jayapura. TEMPO/Maria Rita
Kisruh Freeport, Gubernur Papua Lukas Enembe Temui Jokowi

Gubernur Papua Lukas Enembe sedang menemui Presiden Joko Widodo di Jakarta terkait persoalan PT Freeport Indonesia.


Presiden: Alokasi Anggaran Pembangunan Papua Belum Optimal

8 November 2016

Presiden Joko Widodo (tengah) tiba pada rapat terbatas membahas perkembangan pembangunan proyek listrik 35.000 MW di Kantor Presiden, Jakarta, 1 November 2016. Tempo/Aditia Noviansyah
Presiden: Alokasi Anggaran Pembangunan Papua Belum Optimal

Menurut Jokowi dana yang dialokasikan tidak sebanding dengan peningkatan kesejahteraan yang ingin dicapai.


Warga Numfor, Papua, Segera Nikmati Listrik 24 Jam

2 November 2016

TEMPO/Aditia Noviansyah
Warga Numfor, Papua, Segera Nikmati Listrik 24 Jam

Pemerintah Provinsi Papua memberikan bantuan mesin genset dengan kapasitas 2 x 700 kW kepada PLN setempat.