Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Saat Arus Pendatang Di Jakarta Tak Bisa Dibendung

image-gnews
Penumpang bus berjalan menuju tempat pemeriksaan KTP di Terminal Cicaheum, Bandung, Jawa Barat, 25 Juli 2015. Dinas Kependudukan & Catatan Sipil melakukan operasi yustisi berbarengan dengan kedatangan arus balik pemudik dari bus antar kota antar provinsi yang masuk Cicaheum. TEMPO/Prima Mulia
Penumpang bus berjalan menuju tempat pemeriksaan KTP di Terminal Cicaheum, Bandung, Jawa Barat, 25 Juli 2015. Dinas Kependudukan & Catatan Sipil melakukan operasi yustisi berbarengan dengan kedatangan arus balik pemudik dari bus antar kota antar provinsi yang masuk Cicaheum. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ke Jakarta aku 'kan kembali.. Walaupun apa yang 'kan terjadi.."

Petikan sebait lirik lagu yang dipopulerkan oleh group musik legendaris Koes Plus tersebut paling pas untuk merepresentasikan kondisi Wagimin. Pria berusia 27 tahun tersebut akhirnya kembali menginjakkan kaki di terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur.

Dengan membawa satu kardus dan tas ransel penuh baju serta buah tangan, dia balik ke Ibu Kota setelah beberapa hari mudik ke tanah kelahirannya di Brebes, Jawa Timur.

"Setiap Lebaran saya selalu mudik untuk sungkem kepada orang tua dan kumpul sama saudara. Setelah itu, ya balik lagi ke Jakarta. Kerja dan cari duit untuk dikirim ke kampung," ujar Wagimin yang saat ini bekerja sebagai office boy di salah satu kantor di Jakarta Pusat.

Alasan dia meninggalkan kampung untuk merantau ke Jakarta tak berbeda dengan jutaan orang di Indonesia: mencari pekerjaan agar bisa membangun kehidupan yang lebih layak. Terbatasnya lapangan pekerjaan di kampung dan minimnya standar upah membuat banyak orang memberanikan diri merasakan peliknya kehidupan di kota besar.

"Hidup di kampung ya gitu-gitu saja. Di Jakarta, banyak orang yang tadinya tak punya apa-apa bisa sukses. Siapa tahu saya bisa seperti itu juga," katanya sambil tersenyum.

Pusat Perhatian

Ibu Kota memang menjadi pusat perhatian ratusan juta penduduk Nusantara. Bak magnet, Jakarta memiliki daya tarik untuk membuat warga desa tergiur untuk melihat langsung megahnya gedung-gedung pencakar langit, gemerlapnya barang-barang bermerek di mal, serta tebalnya kantong yang didapat dari gaji atau keuntungan bisnis.

Ritual datangnya gelombang orang-orang yang ingin merasakan nikmatnya hidup di hutan beton terus berulang setiap tahun, tepatnya setelah momentum mudik yang menjadi tradisi khas untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Artinya, setiap tahun pula Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus menyediakan tempat tinggal, fasilitas umum, dan lapangan pekerjaan bagi para pendatang. Padahal, kota yang memiliki luas 661,52 km2 ini sudah disesaki oleh setidaknya 10 juta penduduk.

Pemprov DKI bahkan memprediksi bakal ada 70.593 orang pendatang baru memasuki Jakarta pada saat arus balik Lebaran tahun ini. Mengutip data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil DKI) angka proyeksi itu berasal dari perkiraan peningkatan sekitar 3% dibandingkan jumlah pendatang baru pada 2014 sebanyak 68.537 orang.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)  seakan tak kaget dengan potensi bertambahnya penduduk yang menyesaki perumahan dan jalanan di Ibu Kota.

"Saya terbuka buat pendatang. Jadi, buat pemudik yang mau ajak sanak saudara untuk bekerja di Jakarta ya silakan saja salkan punya keterampilan," ujar pria yang akrab di sapa Ahok ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

OYK

Dia juga menuturkan Pemprov DKI tidak akan melaksanakan operasi yustisi kependudukan (OYK) pada perhelatan arus balik di Jakarta tahun ini. Pasalnya, lanjut Ahok, arus urbanisasi ke Ibu Kota tak lagi bisa dibendung dengan cara-cara konvensional.

Tahun ini, Ahok mengganti kegiatan OYK dengan operasi bina kependudukan (OBK). Menurutnya, penerapan OBK dilaksanakan dalam rangka mendidik warga pendatang untuk mematuhi konstitusi terkait kependudukan.

Mantan Bupati Belitung Timur ini menilai dalam UU Kependudukan yang baru dengan e-KTP maka tidak ada perbedaan nomor KTP di Indonesia, yang ada hanyalah perubahan alamat.

"Makanya tidak ada lagi istilah daerah manapun tertutup. Jadi semua daerah dari Sabang sampai Merauke semua orang bebas kemana saja cuma perlu lapor," ucap Ahok.

Ahok mengaku yang dilakukan Pemprov DKI sekarang adalah bagaimana semua orang KTP-nya berdomisili dengan alamat tinggal yang asli.

Menurutnya, operasi OYK dilakukan untuk menegakkan jika pendatang tak kunjung mendapat pekerjaan atau tak memiliki rumah tinggal. Apabila pendatang tak memperoleh dua hal itu, dia mengatakan Pemprov DKI tak segan memulangkan mereka ke kampung.

"Jadi yustisi itu untuk menjelaskan itu. Kalau kamu tidak dapat kerjaan atau tidak jelas mesti menumpang sama saudara yang mana, ya kami akan mengembalikan kamu ke kampung. Kalau masih melanggar, saya akan tuntut pidana dengan dasar penipuan ke Pemprov DKI," sambungnya.

Ahok menekankan kalau warga masih nekat hidup di jalanan maka akan menjadi masalah bagi Pemprov DKI dan akan dikembalikan memakai perjanjian.

"Ya kalau kamu balik lagi berarti akan kita anggap melakukan pidana penipuan kepada Pemprov DKI," tuturnya.

BISNIS.COM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


63 Tahun Bank DKI, Profil Bank Peraih The Best Performance Bank untuk Kategori BPD 2023

7 hari lalu

Bank DKI. Instagram/@bank.dki
63 Tahun Bank DKI, Profil Bank Peraih The Best Performance Bank untuk Kategori BPD 2023

Bank DKI merupakan bank yang memiliki status BUMD. Didirikan sejak 11 April 1961, kepemilikan saham Bank DKI dipegang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.


Top 3 Dunia: Jepang Krisis Tenaga Kerja Hingga Profil Cawapres AS Nicole Shanahan

21 hari lalu

Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masaki Yasushi dalam acara jumpa wartawan di kantor Kedutaan Besar Jepang, Jakarta Pusat pada Senin, 25 Maret 2024. TEMPO/Nabiila Azzahra A.
Top 3 Dunia: Jepang Krisis Tenaga Kerja Hingga Profil Cawapres AS Nicole Shanahan

Berita Top 3 Dunia pada Rabu 27 Maret 2024 diawali oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia mengungkap alasan negaranya membuka banyak loker bagi WNI


Jepang Krisis Tenaga Kerja, Butuh Banyak Pekerja dari Indonesia

22 hari lalu

Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah dan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Jepang untuk Indonesia, Yasushi Masaki, di Jakarta, Selasa (19 Maret 2024). (ANTARA/HO-Kemnaker)
Jepang Krisis Tenaga Kerja, Butuh Banyak Pekerja dari Indonesia

Duta Besar Jepang untuk Indonesia mengungkap alasan negaranya banyak membuka lowongan kerja bagi warga negara Indonesia.


Gaya Ahok, Anies, dan Heru Budi Tangani Banjir di DKI Jakarta

23 hari lalu

Jakarta Banjir, Heru Budi Minta Maaf: Mohon Dimaklumi
Gaya Ahok, Anies, dan Heru Budi Tangani Banjir di DKI Jakarta

Banjir melanda sebagian wilayah di DKI Jakarta kerap terjadi berulang kali. Berikut gaya gubernur DKI menyikapi banjir di wilayahnya.


Mereka yang Dijerat Kasus Penistaan Agama, Ahok hingga Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun

23 hari lalu

Terdakwa kasus tindak pidana penodaan agama Panji Gumilang (tengah kemeja kuning) saat hendak meninggalkan ruang persidangan di Pengadilan Negeri Indramayu, Jawa Barat, Rabu, 20 Maret 2024. Foto: ANTARA/Fathnur Rohman
Mereka yang Dijerat Kasus Penistaan Agama, Ahok hingga Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun

Berikut sederet kasus penistaan agama yang dijatuhkan vonis untuk Ahok, Arya Wedakarna, dan terakhir Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun.


Jerman Krisis Tenaga Kerja, Minta Pelajar Sopiri Trem

25 hari lalu

Penumpang melintasi rel kereta api pada jam sibuk di stasiun kereta Gare de Lyon, saat karyawan kereta melakukan aksi mogok massal, di Paris, 3 April 2018. Aksi mogok pekerja kereta di Prancis mengganggu kelancaran perjalanan kereta di Eropa terutama untuk rute perjalanan dari Prancis ke Inggris dan Brussels yang dilayani kereta Eurostar. REUTERS
Jerman Krisis Tenaga Kerja, Minta Pelajar Sopiri Trem

Jerman sedang mengalami krisis tenaga kerja sehingga meminta anak muda magang menjadi sopir trem.


Kenapa Cari Kerja Susah Sekarang? Ini Penjelasannya

27 hari lalu

Ilustrasi lowongan kerja. Tempo/M Taufan Rengganis
Kenapa Cari Kerja Susah Sekarang? Ini Penjelasannya

Pertumbuhan ekonomi RI tidak diikuti penyerapan kerja yang optimal.


Sandiaga Uno: Nilai Tambah Ekonomi Kreatif Capai Rp 1,4 Triliun

35 hari lalu

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, dalam acara The Weekly Brief with Sandi Uno di Gedung Sapta Pesona, Kantor Kemenparekraf, Jakarta, Senin, 12 Februari 2024. TEMPO/Defara Dhanya
Sandiaga Uno: Nilai Tambah Ekonomi Kreatif Capai Rp 1,4 Triliun

Menteri Sandiaga Uno menyebut nilai tambah ekonomi kreatif mencapai Rp 1,4 triliun. Melampaui target.


81 Tahun Ma'ruf Amin, Berikut Jalan Politiknya dan Pernah Punya Story dengan Ahok

38 hari lalu

Wakil Presiden Ma'ruf Amin memotong tumpeng bersama istrinya, Wury Estu Handayani saat mengadakan tasyakuran hari ulang tahunnya di rumah dinasnya di Jalan Diponegoro, Jakarta, 11 Maret 2020. Ma'ruf Amin hari ini berulang tahun yang ke-77. TEMPO/Friski Riana
81 Tahun Ma'ruf Amin, Berikut Jalan Politiknya dan Pernah Punya Story dengan Ahok

Ma'ruf Amin berusia 81 tahun pada 11 Maret ini. Berikut perjalanan politiknya hingga menjadi wapres, sempat pula berseteru dengan Ahok.


Ramai Soal KJMU, Apa itu Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul yang Diinisiasi Ahok dan Diteruskan Anies Baswedan?

41 hari lalu

Ilustrasi KJMU. Istimewa
Ramai Soal KJMU, Apa itu Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul yang Diinisiasi Ahok dan Diteruskan Anies Baswedan?

Ramai di media sosial soal Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul yang disebut diberhentikan sepihak oleh Pemprov DKI Jakarta. Apa beda KJMU dan KJP Plus?