TEMPO.CO, Jombang - Salah seorang tokoh Nahdlatul Ulama, KH Salahudin Wahid, menengarai adanya permainan politik uang dalam pemilihan Ketua Umum Pengurus Besar NU dalam Muktamar ke-32 di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 2010. Gus Solah, sapaan akrab Salahudin, meminta mereka yang dulu merasa demikian untuk tidak mencalonkan diri lagi sebagai ketua umum dalam Muktamar ke-33 di Jombang, 1-5 Agustus 2015.
“Kalau mau enggak ada politik uang, gampang itu. Yang dulu main uang jangan boleh ikut pemilihan lagi di muktamar sekarang,” kata Gus Solah, Selasa, 28 Juli 2015. Menurut adik kandung KH Abdurrahman Wahid ini, khalayak tahu siapa yang saat itu bermain uang. Namun Gus Solah enggan menyebut orang yang dimaksud.
Baca Juga:
“Semua sudah tahu ada permainan uang. Saya enggak berani ngomong (siapa), pokoknya ada permainan uang secara masif,” ujar pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, ini. Dalam Muktamar NU di Makassar, Gus Solah kalah suara oleh KH Said Aqil Siradj yang akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum PBNU periode 2010-2015.
Untuk muktamar kali ini, Gus Solah mengaku belum mengetahui seberapa besar dukungan warga NU bila dirinya hendak maju sebagai calon ketua umum. “Saya belum tahu, masih ditaksir (dukungannya),” tuturnya.
Saat diwawancarai Tempo pada April 2015, Gus Solah sempat memperkirakan sepertiga Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama se-Indonesia bakal mendukungnya. “Awalnya belasan cabang, sekarang mungkin sudah sepertiga cabang yang meminta saya maju lagi,” ucapnya. Menurut Gus Solah, sebenarnya dia sudah tak berminat mencalonkan diri. “Saya sudah dua kali (maju). Tapi sekarang para kiai dan cabang-cabang ada yang meminta saya."
Gus Solah sempat masuk bursa calon Ketua Umum PBNU pada Muktamar NU ke-31 di Boyolali, Jawa Tengah, dan Muktamar NU ke-32 di Makassar, Sulawesi Selatan. Namun dia kalah suara dari KH Hasyim Muzadi dan KH Said Aqil Siradj.
Bekas Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ini mengaku telah keliling ke sepuluh provinsi untuk menyerap aspirasi warga nahdliyin. Di antaranya Banten, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Kepulauan Riau, dan Sumatera Utara.
Menanggapi isu politik uang dalam Muktamar NU, salah satu pengurus Syuriah PCNU Jombang, KH Abdussalam Sokhib, mengatakan isu tersebut seperti kentut. “Ada baunya tapi faktanya sulit dibuktikan,” kata pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar, Jombang, ini.
ISHOMUDDIN