TEMPO.CO, New Delhi - Mantan Presiden India, A.P.J. Abdul Kalam, meninggal dunia pada Senin, 27 Juli 2015, sekitar pukul 21.00 waktu setempat.
Kalam, yang juga dianggap sebagai Bapak Nuklir India, meninggal di rumah sakit yang terletak di Negara Bagian Meghalaya, bagian timur-laut India.
Seperti dilansir BBC pada Senin, 27 Juli 2015, Kalam meninggal akibat serangan jantung pada usia 83 tahun.
Abdul Kalam dilarikan ke rumah sakit setelah jatuh saat menyampaikan kuliah di IIM Shillong pada pukul 06.30 waktu setempat dan dinyatakan meninggal dua setengah jam kemudian.
Setelah berita tentang kematiannya diumumkan, kalangan politikus dan akademikus negeri itu bergantian menyampaikan penghargaan atas jasanya terutama di bidang pendidikan teknologi nuklir dan sains, tak terkecuali Perdana Menteri Narendra Modi.
"Kematiannya adalah kerugian besar bagi komunitas ilmiah," kata Perdana Menteri Narendra Modi. "Dia membawa India ke derajat yang tinggi. Dia adalah penunjuk jalan."
Sementara itu, Presiden India Pranab Mukherjee mengatakan Abdul Kalam akan dikenang karena kontribusinya dalam bidang sains dan inovasi.
Pranab Mukherjee menambahkan, "Kalam akan selalu dikenang akan semangatnya untuk ilmu pengetahuan dan inovasi dan kontribusinya sebagai ilmuwan terkemuka, administrator, pendidik, dan penulis."
Abdul Kalam adalah Presiden India yang kesebelas. Dia menjabat dari 2002 sampai 2007.
Dia banyak berkontribusi terhadap upaya pembangunan wanita dan anak-anak dengan mendorong pendidikan dan literasi di kalangan penduduk miskin. Kalam juga dikenal sebagai Missile Man of India dengan visi menjadikan India sebagai negara adidaya pada 2020.
Untuk menghormati Kalam, pemerintah India menyatakan tujuh hari berkabung.
BBC | YON DEMA