TEMPO.CO, Bandung - Dedi Kusnandar, 24 tahun, pemain tengah Persib Bandung, baru saja pulang melihat tempat kos yang ia bangun, Senin pagi, 27 Juli 2015. Tempat kos itu, menurut Dedi, akan menjadi investasi bagi kehidupannya.
Dedi tidak selamanya bisa bermain sepak bola. Sebagai investasi, Dedi juga membangun sebuah kafe di atas rumahnya di Jatinangor, Sumedang.
Hal itu ia lakukan untuk menunjang kehidupan sepak bola tanpa gaji. Carut marut sepak bola Indonesia menjadi sumber rasa kesal Dedi selama ini. Lantaran kisruh berkelanjutan itu, klub-klub elite membubarkan diri. Mereka otomatis memutus kontrak para pemainnya. Sementara itu, Menpora dan PSSI belum terlihat akan berdamai. Dedi pun belum bisa bermain di liga profesional Indonesia.
“Rasa kesal itu ada. Apalagi ini musim pertama saya (di Persib),” ujar Dedi. “Harapannya sih Menpora dan PSSI bisa berunding menentukan nasib sepak bola kita. Kami sudah ingin bermain lagi."
Sejak tiga bulan lalu, Dedi dkk. tidak banyak berkegiatan. Apalagi kontraknya sudah diputus. Manajemen Persib pun belum terlihat akan memberikan kontrak baru lantaran liga tidak berjalan.
Dedi kehilangan kesenangan sekaligus pekerjaannya. “Banyak di antara kami menggantungkan penghasilan dari sepak bola. Apalagi itu kan pekerjaan utama kami,” ujar pemain yang baru berulang tahun 23 Juli lalu.
Namun kabar baik mulai terdengar. Persib, klub sepak bola kebanggaan masyarakat Jawa Barat itu, meski telah membubarkan diri, akan segera dibentuk kembali.
GAGAH NURJAMAN PUTRA