TEMPO.CO, Bangkalan - Bertemu seusai Lebaran lazimnya bersalaman dan saling memaafkan. Tapi ini tidak dilakukan Sunardi, 35 tahun, dan Marsam, 60 tahun, warga Desa Berbeluk, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Mantan adik dan kakak ipar itu justru bertengkar dan cekcok mulut saat bertemu di jalan desa pada Senin siang, 27 Juli 2015. Cekcok itu yang diduga menyulut carok hingga menewaskan dua orang pada Senin petangnya.
Cekcok di tengah jalan itu sendiri berakhir setelah Sunardi menampar Marsam. Merasa kalah tenaga, Marsam tak melawan, dia memilih pulang ke rumahnya. Tapi, sesampainya di rumah, Marsam bercerita kepada sang anak, Mudi alias Muhdi, 32 tahun. Mendengar itu Muhdi naik pitam.
Ditemani tiga kerabat, termasuk Marsam, Muhdi mendatangi rumah Sunardi yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya. Keduanya bertemu di teras rumah, saat itu Sunardi tidak sendiri, ada dua orang keluarganya juga ikut nimbrung.
Dua keluarga itu lalu terlibat carok. Muhdi tewas di tempat, sementara Sunardi tewas dalam perjalanan rujuk ke rumah sakit Syamrabu, Bangkalan, setelah sempat dirawat di Puskesmas Arosbaya. Satu-satunya orang yang tak terluka dalam carok tersebut adalah Marsam yang kini diamankan polisi sebagai saksi.
"Dua orang dari kubu MH dan dua dari kubu S sama mengalami luka berat. Kubu dari S dirawat di Surabaya sementara korban dari kubu S dirawat di puskesmas," ujar Kepala Kepolisian Sektor Arosbaya Ajun Komisaris Adi Wira Pranata, Selasa, 28 Juli 2015.
Anehnya, kata Adi Wira, meski begitu banyak korban tewas dan luka berat, di tempat kejadian perkara polisi hanya menemukan sebilah celurit berlumuran darah. "Kami belum bisa pastikan, celurit itu milik MH atau S," ujar dia.
Dugaan cekcok di jalan desa sebagai penyebab carok diungkap seorang perwira di Kepolisian Resor Bangkalan. Dia bercerita, cekcok mulut berujung maut ini dipicu masalah pengasuhan anak.
Ceritanya, setelah bercerai dengan adik Marsam, anak Sunardi diasuh oleh istri Marsam. Suatu ketika, kepada sang anak yang mulai tumbuh besar, Sunardi bilang meski tak mengasuh sendiri namun dia rutin memberi uang.
Mendengar pernyataan Sunardi, Marsam tak terima. Saat bertemu Sunardi di tengah jalan pada Senin siang, 27 Juli 2015, itulah, Marsam diduga menyampaikan keberatannya kepada Sunardi. "Masalahnya sepele sebenarnya," kata perwira berpangkat Ajun Komisaris tersebut.
MUSTHOFA BISRI