TEMPO.CO, Jakarta - Tren makan unagi dengan bahan dari belut laut unagi sedang melanda warga Jepang. Hal itu tak mengherankan karena Jepang sedang mengalami musim panas, yang merupakan musim panen belut laut unagi.
"Di Jepang bulan ini sedang banyak-banyaknya belut. Di sana lagi festival belut laut," kata Farid Irawan, senior sous chef di restoran Yoshi Izakaya, Gran Melia Hotel, Jakarta, Rabu, 29 Juli 2015.
Farid berujar, tren unagi di Jepang inilah yang ia hadirkan di Jakarta. Ia mencoba menyajikan olahan unagi dalam bentuk tiga menu, yakni Unagi Seiro Mushi-Sushi Gozen, Jyu-Jyu Unagi Steak Gozen, dan Una-don & Men Combi Set. Tiga menu ini hadir di restorannya mulai 20 Juli hingga 17 Agustus 2015.
Pada menu Jyu-Jyu Unagi Steak Gozen, menurut Farid, unagi dimasak dengan cara teppanyaki, yaitu memasak makanan Jepang di atas hot iron plate. Unagi yang digunakan dalam menu tersebut adalah unagi shirayaki atau tanpa bumbu yang diolah dengan saus butter soyu khas bumbu teppanyaki sehingga menghasilkan rasa asin-gurih.
Berbeda dengan menu Jyu-Jyu Unagi, menu Unagi Seiro Mushi-Sushi Gozen memiliki cita rasa manis. Farid menjelaskan, unagi yang digunakan merupakan unagi kabayaki atau unagi dengan saus kabayaki.
"Sebelum di-steam dengan nasi, unagi harus dibakar dulu agar saus meresap. Setelah berwarna kecokelatan, unagi dipotong lalu ditaruh di atas nasi dan di-steam," ujarnya.
Sedangkan Una-don & Men Combi Set merupakan menu yang paling digemari warga Jepang. Una-don merupakan menu tradisional Jepang. Ini merupakan sajian unagi dengan nasi. "Orang Jepang sukanya yang simpel, satu mangkok sudah ada unagi dan nasi, langsung makan," tuturnya.
Farid mengatakan menu Una-don sangat tradisional. Menu dengan hot plate dan sushi, termasuk fussion. "Dari anak kecil sampai kakek-kakek tahu Una-don," ucapnya.
Ia berujar, unagi berbeda dengan belut. Dalam bahasa Indonesia, unagi disebut ikan sidat. "Bukan belut, banyak yang salah mengartikan itu," tuturnya.
ANTARA