TEMPO.CO, Bengkulu - Kekeringan melanda Kota Bengkulu. Pasokan air bersih dan matinya aliran PDAM memaksa pengusaha layanan cuci dan seterika pakaian (laundry) menutup usahanya sementara waktu hingga masa krisis air berakhir.
Seorang pengusaha laundry di Kelurahan Bajak, Ikrar, mengatakan usahanya sangat tergantung dengan ketersediaan air bersih yang cukup.
“Sekarang air bersih terbatas sekali. Sumur mulai kering dan PDAM ikutan mati, bagaimana kita mau beroperasi,” kata Ikrar saat ditemui, Jumat, 31 Juli 2015.
Ikrar mengatakan jika kekeringan terus berlangsung, bukan hanya persediaan air yang semakin habis, persediaan uang di kantong pun semakin menipis.
Selain harus menanggung rugi karena tidak beroperasinya jasa cuci pakaiannya, karyawannya sementara waktu ikut dirumahkan.
“Kini tinggal berharap semoga kemarau segera berakhir dan kita dapat kembali beroperasi,” kata pria yang memiliki dua orang karyawan ini.
Efek tidak hanya dirasakan pengusaha laundry. Kekeringan juga berimbas kepada pemilik rumah makan yang ada di kota ini. Mereka terpaksa membatasi layanan karena tidak punya air yang cukup untuk mencuci piring.
“Kita hanya melayani sebatas piring yang ada sebab tidak ada air yang cukup untuk mencuci piring, sehingga kita lebih banyak melayani pembeli yang bawa pulang,” kata Doni salah seorang pemilik rumah makan di Kandang Limun.
PHESI ESTER JULIKAWATI