TEMPO.CO, Jember - Harga komoditas kopi cenderung turun sepanjang musim panen raya sejak Juli 2015. Hal ini dirasakan petani kopi di Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Awal panen pada pekan pertama Juli 2015, harga kopi per kilogram Rp 25 ribu. Setelah panen berlangsung sekitar satu bulan ini, harga turun Rp 2 ribu per kilogram menjadi Rp 23 ribu.
Padahal, menurut Ketua Paguyuban Petani Kopi Desa Sidomulyo, Suwarno, panen raya kopi jenis robusta diperkirakan hingga November 2015 mendatang. "Semoga tidak terus turun hingga musim panen berakhir nanti," kata Suwarno saat dihubungi Tempo, Sabtu, 1 Agustus 2015. Melihat pengalaman dalam panen raya sebelumnya, harga kopi cenderung terus menurun hingga panen berakhir. "Tahun lalu pernah sampai di bawah Rp 20 ribu per kilogram."
Suwarno mengatakan harga kopi di kisaran Rp 23 ribu sudah standar. "Kalau petani berharap bisa lebih tinggi lagi. Kalau bisa Rp 40 ribu per kilogram," katanya. Dalam menilai baik tidaknya harga kopi yang berlaku di pasaran, petani selalu berpatokan pada harga beras. Pada 1999, harga kopi Rp 20 ribu per kilogram dan harga beras masih Rp 3 ribu. "Bisa hampir tujuh kali lipat harga beras," katanya.
Namun saat ini, harga kopi Rp 23 ribu, sedangkan harga beras Rp 9 ribu. "Hanya dua kali lipat lebih," kata Suwarno. Petani kopi pada 1999, saat krisis moneter terjadi, sangat menikmati tingginya harga kopi. "Saat ini standar saja," Suwarno berujar.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Petani Kopi Jawa Timur Bambang Sri mengatakan saat ini memang sedang panen raya. "Puncak-puncaknya nanti September-Oktober," kata Bambang.
Bambang membenarkan adanya kecenderungan turun harga. "Namun tidak akan sampai jatuh di bawah Rp 20 ribu," katanya. Untuk kopi jenis robusta dengan kualitas yang bagus harganya masih Rp 30 ribu. "Kalau harganya sampai Rp 18 ribu, itu robusta yang asal-asalan," kata Bambang. Di Bondowoso sendiri, untuk kopi jenis robusta juga sedang panen.
DAVID PRIYASIDHARTA