TEMPO.CO, Jakarta - Untuk percepatan penanganan pemulihan Tolikara, pemerintah daerah Kabupaten Tolikara mengklaim telah membentuk tim pemulihan. Tim ini diketuai Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tolikara, Edi Tasak dan Kepala Bagian Bina Mental dan Spiritual Tolikara Ernest Yanega selaku Ketua Bidang Rekonsiliasi, serta Danramil Karubaga sebagai Kepala Rekonstruksi.
"Kami langsung melakukan rekonsiliasai pasca kejadian. Dalam waktu dekat ini, sebisa mungkin kami lakukan kegiatan-kegiatan secara bersama-sama, antara masyarakat muslim dan nasrani. Salah satunya untuk pemulihan dan penguatan mental dan jiwa solidaritas yang terus akan kami bangun dalam kegiatan terpadu ini," kata Bupati Tolikara, Usman G. Wanimbo, Senin, 3 Agustus 2015.
Menurut Usman, pihaknya juga mengucurkan dana Rp 2 miliar untuk pemulihan dan rekonsiliasi Tolikara. "Saya telah meminta izin DPRD Tolikara untuk memakai dana cadangan itu. Sedangkan sejumlah bantuan dari pihak luar masih terus berdatangan dan kami masih mendata bantuannya," katanya.
Dalam program jangka pendek pemulihan Tolikara, Usman mengatakan akan terus membuat kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama antara masyarakat muslim dan nasrani di Karubaga, ibukota Kabupaten Tolikara. "Kami dalam waktu dekat akan melakukan Festival Paralayang di Karubaga pada 4-6 Agustus 2015 ini. Juga ada beberapa kegiatan yang telah disusun dalam peringatan 17 Agustus nanti," jelasnya.
Menurut Usman, saat ini aktivitas masyarakat Tolikara, khususnya di Karubaga telah normal. "Masyarakat sudah mulai menjalankan aktivitasnya kembali. Saat ini, saya dan sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di Tolikara terus berdiri di tengah-tengah masyarakat muslim dan nasrani. Kami ingin kedamaian dan keamanan yang ada di Tolikara tak lagi pudar," jelasnya.
Selain itu, kata Usman, dirinya berharap pada akhir Agustus 2015 ini, 85 rumah kios (ruki) yang mulai dibangun pasca rusuh Tolikara bisa rampung dan ditempati pemiliknya kembali. "Pembangunan ruki ini sebagai salah satu bentuk pemulihan, termasuk pembangunan kembali musala," katanya.
Usman mengaku, untuk pembangunan musala, sementara waktu dibangun di atas tanah milik Koramil 1702/WMS Karubaga. "Sebab lokasi musala yang lama, kepemilikan tanahnya belum jelas, apakah milik gereja atau milik hak ulayat masyarakat," katanya.
Sedangkan masyarakat muslim yang bangunan ruki-nya terbakar saat kejadian, kata Usman, masih menempati kantor bupati lama. "Jumlahnnya saat ini ada sekitar 40-an. Masih banyak keluarga dan anak-anak mereka yang masih bertahan di rumah keluarga dan kerabatnya di Wamena atau daerah lain," katanya.
Menurut Usman, saat ini pemulihan mental dan trauma warga juga terus dilakukan. "Ini sangat penting sekali untuk melupakan rasa takut, rasa hati-hati, antar warga masyarakat terutama muslim. Kedepan kami berharap dengan kejadian ini, semuanya mulai membaik dan terbuka atas segala hal," jelasnya.
Untuk pemulihan Tolikara, kata Usman, pihaknya juga membentuk tiga pos keamanan yang diisi prajurit TNI/Polri. "Pos ini akan diintensifkan selam tiga bulan pasca kejadian, guna mengantisipasi warga luar yang akan masuk ke Karubaga. Tiga pos itu dibangun di tiga titik, yakni di daerah Kili Batu, Jembatan Kurigai dan Distrik Wenak," katanya.
Saat ini, kata Usman, dari hasil operasi aparat keamanan, banyak disita senjata tajam dan miras yang tadinya akan dibawa masuk ke Tolikara. "Siapapun yang akan masuk ke Tolikara, pasti tak akan lepas dari pos penjagaan ini," kata dia.
CUNDING LEVI