TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin pertumbuhan ekonomi tahun ini lebih baik dari tahun 2014 yang mencapai 5,02 persen. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menargetkan pertumbuhan ekonomi sedikit di atas 5 persen. "Lima persen atau di atas 5 persen sedikit," kata Bambang di kompleks kantor Presiden, Kamis, 6 Agustus 2015.
Untuk itu, Bambang ingin belanja modal terserap maksimal pada semester II tahun ini. "Jadi, kalau pada semester II kalau memang belanja modal bisa 85 persen, kita harus naik kira-kira 70 persen lebih di semester II dibanding realisasi semester I," ujarnya. Jokowi meminta kepada Bambang sebagai koordinator terkait dengan penyerapan anggaran untuk memastikan belanja modal pada semester II mencapai 70 persen.
Dia akan memberikan perhatian khusus tiga kementerian infrastruktur agar penyerapan belanja modal lebih kencang. Ketiganya adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pertanian. "PU, kan, masih 20 persen perlu dijaga, Kementerian Perhubungan karena masih rendah juga harus dipercepat," tuturnya.
Bambang mengaku tidak memiliki terobosan untuk penyerapan anggaran belanja modal. Musababnya, Kementerian Keuangan sudah tak memblokir pencairan dan menghalangi dana. "Kalau ada permintaan segera dipenuhi. Tinggal kementerian atau lembaganya eksekusi proyeknya cepat saja. Tanda tangan kontrak dan pastikan jalan pencairan tahap pertama bisa dilakukan, tapi yang paling penting proyeknya jalan, bukan duitnya keluar," ucapnya.
Jokowi, kata dia, memaklumi kondisi perekonomian karena dipengaruhi kondisi global. Dia menuturkan semua orang pun tahu hampir tak ada negara yang pertumbuhan ekonominya pada triwulan kedua lebih baik dari triwulan pertama. "Kebanyakan menurun," katanya. Bahkan, jika dilihat dari besaran pertumbuhan, kata dia, sebenarnya pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif tinggi. Kebanyakan ekonomi negara lain tumbuh pada kisaran 2-3 persen.
"Tapi yang kita waspadai, kan, urusan kita sendiri, yaitu urusan kemiskinan dan pengangguran, jadi pertumbuhan harus tetap didorong ke 5 persen. Meskipun berat karena tren dunia itu melambat bukannya membaik," ujarnya.
ALI HIDAYAT