TEMPO.CO, Situbondo - Dalam dua bulan terakhir, 123,5 hektare hutan di Taman Nasional Baluran di Situbondo, Jawa Timur, terbakar. “Total ada 22 kali kasus kebakaran dalam dua bulan,” kata koordinator Polisi Hutan Balai Taman Nasional Baluran, Resi Suworo, pada Tempo, Kamis, 6 Agustus 2015.
Kebakaran itu terjadi sejak Juni hingga terakhir pada 4 Agustus 2015. Kebakaran terakhir menimpa kawasan seluas 12,3 hektare sejak pukul 13.30 dan baru bisa dipadamkan pada pukul 16.00. Sebagian besar kawasan yang terbakar menyebar di sisi selatan, utara, dan tenggara. Api melalap rumput, serasah, kayu yang kering, dan semak belukar.
Resi menjelaskan, kebakaran tiap tahun selalu melanda Taman Nasional Baluran. Jenis vegetasi yang kering menyebabkan Baluran rentan terbakar. Tahun lalu saja, luas kawasan yang terbakar mencapai hingga 2 ribu hektare.
Selain faktor jenis vegetasi, kebakaran juga dipicu perilaku warga yang membuang puntung rokok ke area kawasan taman nasional. Menurut Resi, warga memang sering masuk kawasan taman nasional, untuk menggembala ternak, dan mencari kayu bakar. Apalagi kawasan taman nasional berada di antara jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi.
Sedangkan jumlah polisi hutan hanya 31 orang, tidak sebanding dengan luas Taman Nasional Baluran yang mencapai 25 ribu hektare. “Sehingga perilaku warga yang membuang puntung rokok tidak selalu bisa kami ketahui.”
Kebakaran juga cepat meluas karena peralatan pemadam kebakaran terbatas. Balai hanya memiliki dua tangki air dan dua armada untuk memobiliasi petugas. Namun, kedua kendaraan itu tidak akan bisa menembus bila sumber api berada di topografi yang curam. Akibatnya petugas hanya memadamkan api dengan cara manual, yakni memukul-mukul daun gebang ke sumber api.
Tahun ini, Balai Taman Nasional Baluran khawatir kebakaran bertambah luas karena musim kemarau diprediksi lebih panjang. Kepala Balai Taman Nasional Baluran, Emy Endah Suwarni, mengatakan, pihaknya kian menggencarkan sosialisasi tentang bahaya kebakaran kepada penduduk di sekitar kawasan taman nasional. “Kami mengajak warga agar bersama-sama menjaga taman nasional.”
Selain itu, Balai juga meningkatkan frekuensi patroli yang semula dua kali menjadi empat kali sehari.
IKA NINGTYAS