TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Gun Gun Heryanto mengatakan suksesi kepemimpinan dalam Partai Keadilan Sejahtera ditujukan untuk mengubah citra partai. Menurut Gun Gun, pengurus PKS sadar elektabilitas partai berlambang bulan dan padi itu semakin anjlok setelah beberapa kadernya terjerat kasus korupsi.
"Saat ini mereka berusaha mengubah mindset publik bahwa kepengurusan yang baru ini lebih Islami ketimbang yang sebelumnya," kata Gun Gun kepada Tempo, Selasa, 11 Agustus 2015. "Karena kepengurusan saat ini pemimpinnya dari kubu yang berbeda."
PKS menggelar musyawarah pemilihan pimpinan majelis syura dan dewan pimpinan pusat partai di Hotel Mason Pine, Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, pada 9-10 Agustus 2015. Tak seperti di partai lain, PKS cukup tertutup dalam pemilihan pimpinan partainya. PKS telah menggelar pemilihan anggota majelis syura sejak Maret lalu.
Majelis syura yang dipimpin oleh Salim Segaf Aljufri lalu memilih pimpinan partai. Sohibul Iman ditunjuk sebagai Presiden Dewan Pimpinan Pusat Partai menggantikan Anis Matta, sementara Suharna Surapranata sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Pusat, Surahman Hidayat sebagai Ketua Dewan Syariah Pusat, Taufik Ridlo sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat, Mahfudz Abdurrahman sebagai Bendahara Umum Pengurus Pusat, dan Untung Wahono sebagai Sekretaris Syura.
Gun Gun menilai pengurus PKS saat ini didominasi oleh faksi keadilan ketimbang faksi sejahtera. Faksi keadilan dalam PKS adalah orang-orang yang masih menganut paham lama. Orientasi faksi keadilan ini adalah mendirikan partai yang orientasinya pada dakwah Islam. Sedangkan faksi sejahtera adalah orang-orang yang berorientasi politis pragmatis.
Menurut Gun Gun, PKS sedang melakukan politik pencitraan dengan mengubah struktur pimpinan yang berasal dari faksi keadilan. Artinya, kata Gun Gun, PKS sedang mengembalikan orientasi menjadi partai dakwah yang terlepas dari politik pragmatis. "Selagi berada di luar pemerintahan, mereka saat ini sedang mengembalikan arah dakwahnya," ujar Gun Gun.
Setelah sejumlah kadernya terjerat kasus korupsi akibat terlalu bermain dengan poltik pragmatis, saat ini, kata Gun Gun, PKS berusaha mengubah citra menjadi partai dakwah, seperti konsep Partai Keadilan pada awal berdirinya.
Sebelumnya, beberapa kader PKS terjerat korupsi. Bekas Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq terjerat kasus korupsi suap impor daging. Yang terbaru, Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho, tersangka kasus dugaan suap terhadap hakim PTUN Medan.
REZA ADITYA