TEMPO.CO, Makassar - Pembunuh Muhammad Rifki, 14 tuhan, Syamsuar Andri, 20 tahun, sempat melapor ke Markas Polsek Mamajang, ihwal meninggalnya siswa SMP Satria Makassar yang dibunuhnya menggunakan sebilah badik. Saat mengadu ke polisi, Andri tidak mengaku sebagai pelaku, melainkan sebatas menginformasikan peristiwa penikaman yang menewaskan korban di pertigaan Jalan Onta Lama-Jalan Serigala, Makassar, Senin, 10 Agustus, sekitar pukul 20.00 Wita.
Belakangan, seusai dilakukan penyelidikan barulah terungkap pembunuh Rifki tak lain adalah Andri. "Tersangka SA sempat datang ke kantor polisi sampaikan ada kejadian itu lalu pulang. Tak lama, keluarga dan kerabat korban menyisir di sekitar TKP dan kami melakukan penyelidikan. Hasilnya, pelaku utama adalah SA yang berprofesi sebagai juru parkir di sekitar TKP. Kami pun langsung amankan yang bersangkutan," kata Kepala Polsek Mamajang Ajun Komisaris Mihardi, Selasa, 11 Agustus.
Setelah ditangkap, Andri mengakui segala perbuatannya. Namun, juru parkir itu berdalih tidak berniat membunuh korban. Ia mulanya hanya ingin melerai perkelahian antara kelompok korban dan salah seorang rekannya. Tapi, Rifki dan kawan-kawan malah menyerangnya. Karena terdesak, Andri mencabut badik di pinggangnya dan menikam korban yang belakangan diketahuinya meninggal dunia. "Motifnya karena terdesak. Tak ada perencanaan alias insidentil," ucap Mihardi.
Kendati demikian, penyidik Polsek Mamajang tetap akan melakukan pengusutan mendalam ihwal peristiwa itu. Khusus perkelahian kelompok korban dengan rekan pelaku disinyalir bermotif dendam. Kelompok korban memang sengaja mendatangi lokasi kejadian untuk mencari rekan Andri. Adapun, Rifki dan kawan-kawan diketahui berasal dari Banta-Bantaeng, Makassar. Mereka menggunakan sepeda motor ke lokasi kejadian. "Kami sita sepeda motor itu sebagai barang bukti,"
Di samping sepeda motor milik kelompok korban, Mihardi mengatakan pihaknya juga menyita beberapa barang bukti lain, seperti sebilah badik, sandal milik korban, dan sehelai pakaian dengan bercak darah. Mihardi menerangkan meski telah menetapkan Andri sebagai tersangka utama pembunuhan Rifki, tak menutup kemungkinan ada tersangka lain dalam peristiwa yang didahului insiden perkelahian itu.
Mihardi juga mengimbau kepada keluarga dan kerabat korban untuk menahan diri. Hal itu disampaikannya langsung ke keluarga dan kerabat korban yang "menyerbu" Markas Polsek Mamajang setelah pemakaman Rifki di Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa, Selasa, 11 Agustus. "Jangan sampai jatuh korban lagi. Serahkan kepada kepolisian untuk mengusut perkara ini," tuturnya.
Salah seorang kerabat Rifki, Hastuti, 40 tahun, yang ditemui di rumah duka di Jalan Banta-Bantaeng Lorong 9, mengatakan keponakannnya itu merupakan sosok yang pendiam. Tapi, siswa kelas II SMP itu cukup mudah bergaul. Korban diakuinya memang biasa keluar malam bersama rekannya. Tapi, sepengetahuannya Rifki tidak memiliki musuh. "Biasanya anak muda keluar malam bergaul sama temannya," ucap dia.
Hastuti mengharapkan agar kepolisian mengusut tuntas kasus pembunuhan terhadap Rifki. Ia menginginkan agar pelaku pembunuhan mendapat hukuman setimpal lantaran telah menghilangkan nyawa anak ketiga dari lima bersaudara itu. Adapun, dugaan adanya pelaku lain diharapnya juga bisa diungkap. "Kami minta diusut tuntas dan pelakunya diganjar hukuman berat," tuturnya.
Berdasarkan keterangan pihak keluarga, Rifki menderita empat luka tusuk pada bagian tubuhnya. Di antaranya pada bagian pundak kanan, dada dekat ketiak kanan, paha kiri, dan punggung. "Itu dilihat saat jenazahnya dimandikan," ucap Hastuti. Adapun, versi kepolisian, putra pasangan Daeng Tika dan Daeng Baji itu hanya mengalami dua luka tusuk yakni pada pundak kanan dan dada dekat ketiak kanan.
TRI YARI KURNIAWAN