TEMPO.CO, Jakarta -Perombakan tim ekonomi dalam kabinet Presiden Joko Widodo belum mampu menghentikan koreksi tajam yang melanda bursa saham dalam negeri dan nilai tukar rupiah. Pasalnya, dalam penutupan perdagangan, laju IHSG (indeks harga saham gabungan) justru semakin amblas ke level 4.479,49, sementara rupiah masih terkoreksi pada level 13.799,9 per dolar.
Menurut Analis Monex Investindo Futures, Fidy Yuliansyah, belajar dari tingginya ekspektasinya terhadap Presiden Jokowi, investor memang tak mau terlalu optimistis memandang formasi tim ekonomi yang baru.
Fidy bahkan mengatakan reaksi pasar yang cenderung netral, justru menyiratkan investor cenderung menunggu pembuktian kinerja menteri-menteri baru tersebut. “Pasar masih menunggu,” kata dia.
Apalagi, bagi Fidy, biasanya isu reshuffle selalu mampu menjadi sentimen positif pasar uang dalam negeri. Gagalnya isu reshuffle tersebut menopang pasar uang, kemungkinan justru memberi makna investor belum firm dengan nama-nama menteri baru itu.
Tak jauh berbeda, Analis OSO Securities, Rifqiyati juga berpendapat isu reshuffle belum mampu mendorong pasar saham berbalik arah. Menurut dirinya, investor yang ingin melihat capaian kinerja lebih dahulu, tak mau gegabah menaruh harapan berlebihan pada tim ekonomi baru tersebut.
Apalagi bagi Rifqiyati, fokus investor saat ini masih tertuju pada dampak buruk kebijakan devaluasi Yuan. Kekhawatiran atas hal itu membuat investor mengesampingkan sentimen reshuffle kabinet.
IHSG ditutup melemah tajam 143 poin (3,1 persen) ke level 4.479,49. Mayoritas sektor saham terkoreksi lebih dari 2 persen. Investor asing tercatat kembali membukukan penjualan bersih (Net sell) senilai Rp 764 miliar.
PDAT | MEGEL JEKSON