Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

HUT RI Ke-70, Ada Pameran Foto Asmat di Rumah Budaya Jawa

image-gnews
Tarian yang dibawakan oleh suku Asmat memeriahkan festival budaya di Agat, Papua, Selasa (13/10). Foto:   REUTERS/Muhammad Yamin
Tarian yang dibawakan oleh suku Asmat memeriahkan festival budaya di Agat, Papua, Selasa (13/10). Foto: REUTERS/Muhammad Yamin
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah aktivis memamerkan 90 foto tentang Suku Asmat, Papua. Foto-foto itu adalah hasil jepretan tiga aktivis dari organisasi non-pemerintah di bidang pemberdayaan masyarakat, Yayasan SATUNAMA. Ada juga foto karya anggota Keuskupan Agats di Papua.

Pameran foto bertajuk Mengeja Asmat: Budaya, Perempuan, dan Anak digelar di Java Poetry “Rumahnya Budaya Jawa”, Yogyakarta, 12-18 Agustus 2015. Ini merupakan pameran kali kedua. Yayasan SATUNAMA sebelumnya menggelar pameran yang sama di Balai Soedjatmoko, Solo.

Mereka yang pameran yakni Maria Sucianingsih, Asep Nanda Paramayana, Peter P. Sarkol, Vallens Aji Sayekti, dan Ronaldus Mbrak. Di pedalaman Asmat, mereka menyatu dan bersahabat dengan alam. “Kami memotret keseharian Suku Asmat,” kata Koordinator pameran Asep Nanda Paramayana di Java Poetry, Rabu, 12 Agustus 2015.

Maria Sucianingsih menampilkan foto berjudul Dalam Gendongan Mama. Obyek dalam foto itu diambil di kampung Sa Er dan Bakase, Papua. Seorang ibu di depan bangunan berdinding kayu menggendong anak. Ibu itu tersenyum. Maria juga memotret suku Asmat yang sedang menari dalam foto berjudul Mengeja Eksistensi Asmat.

Perempuan-perempuan Asmat mengenakan rumbai-rumbai dan bertelanjang dada digambarkan menari. Mereka bersuka cita. Maria menampilkan narasi tentang menari, yang menjadi bagian ritual Suku Asmat. Kostum, hiasan, dan gerakan yang ekspresif dan spontan adalah bagian dari Asmat.

Sedangkan, Asep menampilkan 15 foto. Satu di antaranya adalah foto rumah memanjang, yang penuh Suku Asmat. Rumah itu disebut rumah Bujang atau Jew. Bangunan ini merupakan balai desa, yang digunakan lelaki Asmat berkumpul dan berembug untuk merencanakan upacara adat maupun acara keagamaan. Rumah Bujang menggambarkan kehidupan Suku Asmat yang dekat dengan alam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain foto, pameran itu juga menampilkan lukisan kulit kayu, ukiran khas Asmat, tas, dan pentas kesenian. Penampilan kesenian di antaranya adalah seni tradisional Asmat dan pentas seni anak-anak Kali Code.

Asep mengatakan sejak tahun 2006, Yayasan SATUNAMA melakukan riset tentang Papua. Daerah itu menarik dengan peradabannya yang berumur tua. Kini, Suku Asmat mengalami peralihan budaya. Asep mencontohkan peralihan budaya itu pada sisi pemenuhan kebutuhan pangan.

Sagu yang menjadi makanan pokok Suku Asmat banyak ditukar dengan mie instan. Ikan yang mereka tangkap juga banyak dijual untuk membeli ikan dalam kaleng. Suku Asmat juga harus mengatur sistem pemerintahan lokal dan infrastruktur setelah menjadi kabupaten pada 2003. Padahal, ada keterbatasan kapasitas untuk mengelola potensi alam dan sumber daya manusia.

Koordinator Lembaga Java Poetry, Arifin menyambut baik pameran foto tentang Suku Asmat. Java Poetry menjadi ruang untuk kegiatan seni budaya Jawa. Di antaranya pertunjukan wayang orang, kelas kursus tari, ketoprak, dan kelas Bahasa Jawa. Pameran foto tentang Suku Asmat, kata dia, cocok digelar menyambut peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. “Acara ini menyajikan persaudaraan dari bingkai nusantara,” kata dia.

SHINTA MAHARANI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

29 Agustus 2015

Ilustrasi. wikimedia.org
Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

Desa di Indonesia ini baru dialiri listrik setelah Republik Indonesia merdeka 70 tahun.


Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

25 Agustus 2015

Anna Sembiring, Petugas konservasi POLIN Museum of The History of Polish Jews. TEMPO/ L.R. Baskoro
Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

Wanita berdarah Batak Karo, Anna Sembiring, bekerja di museum sejarah Yahudi terbesar di Eropa.


Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

22 Agustus 2015

Seorang warga Suku Dayak Landak menngoperasikan kameranya jelang ikuti Karnaval Katulistiwa di Pontianak, Kalimantan Barat, 22 Agustus 2015. Karnaval Katulistiwa tersebut akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada 22 Agustus 2015 siang nanti. TEMPO/Subekti
Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

Sultan Syarif Abdurrachman Al-Kadrie, Raja Kesultanan Pontianak, mengatakan telah menyiapkan gelar khusus untuk Presiden Jokowi.


HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

19 Agustus 2015

Sejumlah peserta bersaing ketat di lintasan balap kuda, agar dapat keluar sebagai juara di perlombaan Vesta Fillies' Handicap. Lingfield, Inggris, 13 Agustus 2015. Justin Setterfield/Getty Images
HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

Pacuan kuda berhadiah total Rp 252 juta itu digelar hingga Ahad mendatang.


Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

19 Agustus 2015

Anggota Paskibraka, Maria Felicia Gunawan (tengah) pembawa duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Tim Sadewa bertugas sebagai pengibar dan Nakula sebagai tim penurunan bendera Sang Saka Merah Putih. Tempo/Aditia Noviansyah
Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

Sejak usia tiga tahun, Felicia bersama saudaranya bermain upacara bendera dan dia paling sering berperan sebagai pembawa bendera.


Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

19 Agustus 2015

Anggota Paskibraka, Maria Felicia Gunawan (tengah) pembawa duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Maria Felicia Gunawan berasal dari SMAK Penabur Gading Serpong, Provinsi Banten. Tempo/Aditia Noviansyah
Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

Maria Felicia Gunawan, siswi kelas XI SMAK Penabur Gading Serpong, terpilih membawa baki duplikat bendera pusaka saat upacara 17 Agustus di Istana.


Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

19 Agustus 2015

Finalis Indonesian Idol asal Medan Di Muhammad Devirzha atau Virzha. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

Juri tidak sepakat dengan keputusan Virzha ketika memberi warna pada gunung dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI.


Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

19 Agustus 2015

Seorang pengendara sepeda menghadang laju konvoi motor gede (moge) di perempatan Condong Catur, Yogyakarta, 15 Agustus 2015. Aksi Elanto Wijoyono, pria pemberani tersebut membuat heboh Nitizen di sejumlah sosial media. youtube.com
Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

Roy menganggap polisi seharusnya bisa membedakan pengawalan untuk urusan kenegaraan dan bukan.


Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

19 Agustus 2015

Jusuf Kalla. ANTARA/Ismar Patrizki
Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

Kalla mengatakan bahwa peserta tak seharusnya membawa atribut organisasi yang dilarang dalam undang-undang.


Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

18 Agustus 2015

Pasukan Paskibraka mengibarkan Bendera Merah Putih saat upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Tim Sadewa bertugas sebagai pengibar dan Nakula sebagai tim penurunan bendera Sang Saka Merah Putih. Tempo/Aditia Noviansyah
Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

JK mengatakan sikapnya saat upacara sama seperti Bung Hatta.