TEMPO.CO, Jakarta - Analis politik, Gun Gun Heryanto, mengatakan reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Joko Widodo tak transformatif. Reshuffle ini semakin menunjukkan sikap kompromistis Jokowi terhadap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
"Reshuffle ini tak maksimal, perlu ditanyakan reshuffle ini untuk siapa dan untuk apa?" kata Gun Gun saat dihubungi Tempo, Rabu, 12 Agustus 2015.
Menurut Gun Gun, reshuffle ini sama sekali tak seperti yang dibayangkan publik. Sebab, ada beberapa menteri berkinerja buruk yang tak diganti seperti Puan Maharani dan Rini Soemarno. "Reshuffle ini dapat dibilang hanya menunjukkan bubble politik saja."
Gun Gun menambahkan, dalam reshuffle ini Jokowi terlihat sangat kentara memainkan politik kompromistis. "Dia sama sekali tak mengambil risiko dengan mencopot menteri yang tak berperforma baik," kata Gun Gun. Bahkan ia berkelakar akan bersabar ke sekian kalinya untuk setiap langkah kompromistis Jokowi.
Adapun enam menteri baru yang diganti adalah Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil digantikan Darmin Nasution; Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Andrinof Chaniago digantikan Sofyan Djalil, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel digantikan ekonom Thomas Lembong, dan Menteri Koordinator Bidang Maritim Indroyono Soesilo digeser oleh Rizal Ramli.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno digantikan Luhut Binsar Panjaitan. Luhut sekaligus menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan. Sementara itu, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto diganti oleh Pramono Anung.
DINI PRAMITA