TEMPO.CO, Banda Aceh -Bendera bulan bintang yang dipakai Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dulunya, nyaris berkibar di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Sabtu 15 Agustus 2015. Polisi menghentikan aksi mahasiswa setelah melepaskan tembakan peringatan ke atas.
Aksi mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Ar-Raniry (UIN Ar-Raniry), awalnya dilakukan di Simpang Lima, Banda Aceh guna memperingati 10 tahun hadirnya perdamaian. Puluhan mahasiswa membawa spanduk, bendera merah putih, dan juga bendera bulan bintang.
Setelah aksi dan orasi di sana, mereka bergerak ke gedung DPRA. Para mahasiswa tanpa pengawalan polisi langsung merangsek masuk ke halaman gedung yang sepi, karena Sabtu hari libur. Hanya beberapa petugas keamanan dan polisi jaga yang ada di sana.
Dua tiang bendera ada di halaman Gedung Dewan. Satu tiang berkibar bendera merah putih dan satu lagi kosong. Lalu seorang mahasiswa menaiki tiang bendera hendak mengibarkan bendera bulan bintang yang masih berpolemik.
Petugas keamanan dan polisi jaga mencegah. Keributan pun terjadi. Saat saling dorong, seorang polisi melepas tembakan ke atas satu kali. Mahasiswa mundur. Polisi meminta agar mereka tidak menaikkan bendera tersebut.
Baca Juga:
“Kami menaikkan bendera ini sebagai protes kepada DPRA yang selama ini sibuk dengan bendera, tetapi dana Otsus dan APBA tidak diurus. Masih ada rakyat miskin,” kata Presiden Mahasiswa UIN, Said Fuadi Fajar Ramadan.
Menurutnya, DPRA dan pemerintah Aceh sibuk dengan urusan simbol dan bendera, lupa dengan kondisi masyarakat Aceh yang belum sejahtera. Mahasiswa ikut memaparkan kondisi Aceh yang pertumbuhan ekonominya janya 1,72 persen. Setelah membaca pernyataan sikapnya, mahasiswa kemudian membubarkan diri.
ADI WARSIDI