TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) punya cerita unik saat dia bertandang ke Ameriksa Serikat pada 2008.
Kala itu, kata Ahok, Senat AS mengundangnya untuk bertukar pikiran soal topik demokrasi. Diskusi berkembang menjadi adu argumentasi soal negara mana yang jadi kampiun demokrasi.
Ahok menanggapi diskusi itu dengan santai. Salah satu argumentasi yang dipakai ialah perbandingan lambang kedua negara. Amerika Serikat punya burung elang dan Indonesia berlambang burung garuda.
"Sepintas lambang negara ini mirip tapi punya perbedaan yang filosofis," kata Ahok di Gedung Joang 45, Minggu, 16 Agustus 2015.
Menurut Ahok, lambang burung baik milik AS maupun RI sama-sama menghadap ke sisi kanan. Kedua lambang itu juga mengandung unsur pita yang tertera semboyan masing-masing negara. "Tertulis bahasa Latin E Pluribus Unum yang artinya mirip-mirip seperti Bhineka Tunggal Ika dari bahasa Sansekerta," Ahok berujar.
Namun, perbedaannya ialah pita di lambang AS digigit di paruh elang. Sementara, pita Bhineka Tunggal Ika dicengkeram di cakar garuda. Hal ini, Ahok menjelaskan, menciptakan pemaknaan yang berbeda. "Saya bilang ke senator kalau elang itu makan, maka pita itu akan dilepas sehingga menunjukkan karakter bangsa Amerika yang pragmatis," tutur Ahok.
Namun pita semboyan yang dicengkeram oleh cakar garuda, menandakan simbol itu tak pernah akan dilepas dalam kondisi apapun. "Oleh karenanya semboyan negara ini ialah harga mati yang tak bisa ditawar," kata Ahok.
RAYMUNDUS RIKANG