Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sejarawan UGM: Sultan HB IX Gabung Indonesia tanpa Basa-basi

image-gnews
Seorang pria membawa foto Sri Sultan Hamengkubuwono IX, saat acara
Seorang pria membawa foto Sri Sultan Hamengkubuwono IX, saat acara "Jogja Menggugat", di depan Gedung Agung Yogyakarta (5/9). Mereka menuntut Keistimewaan kota Yogyakarta. Foto: ANTARA/Regina Safri
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejarawan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Suhartono, mengatakan Sultan Hamengku Buwono IX merupakan seorang yang visioner dan sangat berpengaruh dalam sejarah terbentuknya republik.

Suhartono mengatakan Sultan tanpa basa-basi terlalu lama, sejak kemerdekaan diproklamasikan Sukarno-Hatta pada 17 Agustus 1945, langsung menyatakan bahwa Yogyakarta berdiri bersama dan masuk di bawah kedaulatan Republik Indonesia melalui maklumat 5 September 1945.

"Meskipun sampai Oktober para menteri era pertama Sukarno-Hatta belum terbentuk," ujar Suhartono dalam diskusi Edisi Khusus Tempo “Teladan Sultan Hamengku Buwono IX” di Hotel Sheraton, Yogyakarta, Selasa, 18 Agustus 2015.

Suhartono mengatakan keputusan HB IX membawa keraton bergabung dengan republik tersebut bukan tanpa pertimbangan dan grusa-grusu. Namun demi mendukung kedaulatan republik yang masih coba diganggu sisa-sisa kekuasaan Jepang dalam berbagai bentuk.

"Jepang di Indonesia saat itu dalam kondisi seperti lagi enak naik kereta tiba-tiba terhenti karena ada kabar kekalahan perang dari Sekutu. Jepang belum terima dan masih ingin berkuasa di Indonesia," kata Suhartono.

Jepang menyerah secara resmi kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945 melalui perang di pasifik. Dua hari kemudian, hal ini dimanfaatkan Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan. Keadaan pun tak keruan karena di Indonesia, termasuk Yogyakarta, Jepang masih berkuasa. Konsolidasi dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara agar mau mendukung pernyataan kemerdekaan Indonesia saat itu jelas sangat mustahil dilakukan dan makan waktu terlalu lama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan demikian, peran dan inisiatif HB IX sebagai salah satu penguasa kerajaan kala itu, yang menyatakan bergabung dengan republik, menjadi pemicu turut tergeraknya kerajaan-kerajaan lain untuk mendukung dan bergabung bersama republik. "Kerajaan-kerajaan di Nusantara turut berperan dalam perjuangan kemerdekaan, tapi mereka kalah saat perang sehingga tak berdaya," tuturnya.

Suhartono menuturkan kemerdekaan Indonesia mungkin menjadi peristiwa dunia yang sangat unik tentang cerita pembebasan dari penjajah. Ada sebuah kebetulan, yakni karena Jepang kalah dari sekuru. “Beda ceritanya jika tanggal 15 Agustus itu Jepang tak menyerah,” ucapnya.

Kabar menyerahnya Jepang direspons dengan cepat. Sukarno-Hatta segera mempersiapkan proklamasi kemerdekaan, sebelum Jepang bangkit dan menyusun kekuatan lebih besar pada daerah jajahan.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

15 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

16 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

21 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

21 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

22 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

24 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

28 hari lalu

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat


Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

30 hari lalu

Tradisi Selasa Wagen yang meliburkan para pedagang di kawasan Malioboro Yogyakarta untuk bersih bersih kawasan kembali digelar Selasa (27/2). (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.


Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

36 hari lalu

Salah satu peserta saat mengikuti pembelajaran pawiyatan aksara Jawa di Kota Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

Pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024 di Kota Yogyakarta.


Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

39 hari lalu

Lokasi Boulevard Kotabaru yang memanjang di tengah Jalan Suroto itu berada di kawasan heritage Kotabaru, Yogyakarta. Tempo/Pino Agustin Rudiana
Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

Kotabaru di masa silam merupakan permukiman premium Belanda yang dibangun Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono VII sekitar 1877-1921.