TEMPO.CO, Yogyakarta - Mantan Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto menilai Sultan Hamengku Buwono IX menunjukkan totalitas pengabdian kepada rakyat. Tidak saja ketika menjadi Raja Keraton Yogyakarta, tapi juga saat Hamengku Buwono IX menjadi menteri dan wakil presiden.
“HB IX merupakan sosok the real king karena tidak ingin prasasti apa pun untuk dirinya. Beliau bersabda mengabdi untuk rakyat adalah tugas raja,” ujar Herry dalam diskusi yang digelar majalah Tempo: “Hamengku Buwono IX, Pengorbanan Sang Pembela Republik”. Diskusi yang diadakan di Hotel Sheraton, Selasa, 18 Agustus 2015, ini juga menghadirkan dua sejarawan, Rushdy Hoesein dan Suhartono, dari Universitas Gadjah Mada.
Herry, yang pernah masuk sebagai wali kota pilihan Tempo, menyebut HB IX sebagai the real king, bukan karena ia memiliki kerajaan, tapi karena jiwa pengabdiannya untuk bangsa tanpa mengharapkan balas jasa dan pujian.
Dalam diskusi tersebut, putra HB IX--Gusti Bendara Pangeran Hario Prabukusumo--menyoroti banyaknya pemimpin saat ini yang terlibat korupsi. Dia menilai para pemimpin kini lebih mengutamakan kepentingan partai dan pada saat yang sama mengabaikan kepentingan rakyat. “Mereka takut sama partai pengusung, takut dituduh membangkang,” ucapnya.
Prabu mencontohkan langkah Hamengku Buwono IX saat menghadapi penjajahan Jepang. Sultan tetap mengutamakan rakyat dengan cara mengerahkan rakyatnya membangun Selokan Mataram. “Agar mereka terhindar dari kerja romusha yang menguntungkan penjajah Jepang,” katanya.
Karena itu, kata Prabukusumo, ketika ada proyek-proyek yang sarat dengan kepentingan partai politik dan hanya menguntungkan segelintir orang, seorang pemimpin harus berani menolaknya.
PRIBADI WICAKSONO