TEMPO.CO, Tangerang - Wali Kota Tangerang Arief Rachadiono Wismansyah berulang kali mendesak pemerintah pusat mempercepat normalisasi Sungai Cisadane. Kondisinya mengering, padahal Sungai Cisadane menjadi bahan air baku untuk pengolahan air bersih yang didistribusikan kepada ribuan di Kota dan Kabupaten Tangerang termasuk ke Jakarta melalui PT. Palyja.
“Urusan hajat hidup orang banyak harus disegerakan, ini dikhawatirkan berdampak pada suplai air baku untuk masyarakat,” kata Arief pada Selasa, 18 Agustus 2015. Dia berharap pemerintah pusat bisa segera memperbaiki pintu air tersebut sehingga pasokan air untuk pelayanan air bersih ke masyarakat pun tak terganggu.
Senin, 17 Agustus 2015 usai memimpin upacara Peringatan Hari Kemerdekaan RI, Arief dan rombongan meninjau Bendungan Pintu Air 10. Kondisinya terpantau permukaan air hanya 6 meter jauh dari kondisi normal yang mencapai 12,5 meter .
Sedimentasi lumpur sangat parah. Arief pun memerintahkan pengerahan eskavator untuk mengangkut lumpur. “Kalau cuma seadanya alatnya dan normalisasi parsial hanya akan menambah masalah di di Kota Tangerang dan sekitarnya,” kata Arief.
Direktur Utama PT Aetra Air Tangerang Untung Suryadi mengatakan Sungai Cisadane saat ini dalam kondisi terburuk yang pernah ada. " Ini kondisi terburuk yang pernah ada,"kata Untung saat ditemui di Bendung Cisadane Pintu Air 10, Selasa 18 Agustus 2015
Upaya keras untuk mendapatkan air baku juga dilakukan PT Aetra Air Tangerang. Bayu Suryantomo Corporate Communication Departmen PT Aetra Air Tangerang mengatakan pihaknya bahkan sehari dua kali memantau intake Sungai Cisadane.
Hasil pemantauan pada Senin malam, 17 Agustus 2015 pukul 19.00 WIB, Instalasi Pengolahan Air PT Aetra Air Tangerang belum dapat melakukan kegiatan produksi akibat ketiadaan air baku sehingga suplai air bersih kepada pelanggan sempat terhenti.
Bayu mengatakan sebagai upaya untuk kembali mendapatkan air baku, pihaknya memasang pompa tambahan untuk mengambil air langsung dari tengah Sungai Cisadane. “Diambil dari tengah sungai karena air yang masih tersisa terkumpul pada lokasi tersebut,”kata Bayu.
Pada Selasa, 18 Agustus 2015 pagi, Instalasi Pengolahan Aetra Tangerang telah kembali melakukan kegiatan produksi dan telah kembali menyalurkan air bersih kepada pelanggan dengan kapasitas 650 liter per detik. Jika kondisi air baku tetap stabil, dibutuhkan enam hingga delapan jam hingga suplai air pada pelanggan terjauh kembali normal.
Saat ini tinggi permukaan air Sungai Cisadane mengalami kenaikan hingga air baku kembali dapat diperoleh, namun Aetra Tangerang telah memasang pompa tambahan dengan kapasitas 150 liter per detik sebagai upaya antisipasi jika sewaktu-waktu Sungai Cisadane kembali mengalami penurunan tinggi permukaan air yang signifikan.
Pompa tambahan lainnya akan segera dipasang hingga nantinya mencapai kapasitas 320 liter per detik, namun tidak menutup kemungkinan akan kembali dilakukan penambahan pompa tambahan jika dirasa diperlukan.
“Kami terus mengirimkan mobil tangki air dan menempatkan sedikitnya 20 tandon air di daerah pemukiman pelanggan untuk membantu menuhi kebutuhan air bersih sementara kondisi pelayanan belum stabil,” kata Bayu.
AYU CIPTA | JONIANSYAH