TEMPO.CO, Bogor - Rosnila Falani, istri kopilot Trigana Air Ariadin Falani, 40 tahun, syok dan mengurung diri di rumah setelah mendapat kabar pesawat yang diterbangi suaminya hilang kontak pada Minggu, 16 Agustus 2015. "Istrinya sampai sekarang lebih banyak diam dan terlihat syok," kata Indah, 42 tahun, istri dari sahabat korban yang juga pilot Trigana Air, Selasa, 18 Agustus 2015.
Trigana Air bernomor registrasi PK-YR dengan rute penerbangan Jayapura (Sentani)-Oksibil jatuh di Kamp 3 Distrik Okbape, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Sebanyak 54 orang tewas dalam kecelakaan tersebut. Satu di antaranya Ariadin.
Ariadin bersama istri dan tiga anaknya tinggal di Perumahan Taman Kenari Blok B1 Nomor 11, Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. "Pihak keluarga berharap jenazah korban secepatnya bisa diidentifikasi agar dapat dimakamkan," ujar Indah.
Rencananya, pihak keluarga akan memakamkan jenazah korban di pemakaman keluarga yang juga tempat kelahirannya di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. "Kami dan keluarga sudah mendapat kabar hari ini (18 Agustus 2015) dari kerabat yang di Papua bahwa Mas Ariadin menjadi korban yang meninggal dalam kecelakaan pesawat Trigana Air," tutur Indah.
Menurut Indah, korban yang tewas dalam kecelakaan pesawat Trigana Air di Papua tersebut meninggalkan seorang istri bernama Rosnila Falani dan tiga anak: Aura, 10 tahun, Nina (7) tahun, dan Abi (5). Pihak keluarga ikhlas menerima peristiwa tersebut sebagai musibah.
"Padahal Mas Ariadin, satu hari sebelum kecelakaan nahas itu, sempat menghubungi anaknya dan berjanji akan pulang ke rumah pada Kamis, 20 Agustus 2015," ucap Indah.
Adapun Zaki, adik korban, mengatakan dia dan keluarga yang tinggal di Kalimantan mendapat kabar pesawat Trigana hilang kontak pada Minggu malam. "Kami langsung dikabari oleh perusahaan bahwa pesawat hilang kontak. Saya dan orang tua langsung terbang ke Bogor," katanya saat ditemui di kediaman Ariadin.
Dia mengatakan Ariadin merupakan lulusan sekolah penerbangan Southwind di Texas, Amerika Serikat, dan bergabung dengan maskapai Trigana Air sejak tujuh tahun lalu. "Kalau dia selalu menerbangkan pesawat dengan rute jarak pendek. Bahkan, sebelum tugas di Papua, dia juga sempat bertugas di Pangkalan Bun, Kalimantan," ujarnya.
M. SIDIK PERMANA