TEMPO.CO, Surabaya – Musim kemarau membawa dampak kekeringan di Jawa Timur semakin meluas. Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengungkapkan sebanyak 355 desa dari 22 kabupaten di wilayahnya dilanda kekeringan.
“Jumlah desa kekeringan naik menjadi 355 desa. Paling tinggi 46 desa ada di Sampang. Saya masih cari waktu untuk segera mengecek ke sana,” katanya saat ditemui di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu, 19 Agustus 2015.
Soekarwo menuturkan meski meluas namun kekeringan tahun ini belum separah tahun lalu. Ia menyebutkan, Kediri dan Madiun tak lagi dilanda kekeringan di antara 24 kabupaten/kota berpotensi kekeringan.
Menurut Soekarwo terdapat 541 desa kritis kekeringan yang ditangani oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Selain itu ada 170 desa yang masuk kategori kering tapi tidak kritis yang menjadi tanggung jawab penanganan pemerintah kabupaten/kota. “Total terdapat 711 desa terdampak kekeringan di Jawa Timur. Angka itu sebesar 7,3 persen dari total 8.501 desa di Jawa Timur.”
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur pada tahun lalu jumlah desa yang kritis terdampak kekeringan mencapai 624 desa dan 255 desa terkategori kering, sehingga total terdapat 849 desa. “Artinya, tahun ini jumlah desa yang kritis berkurang 83 desa menjadi 458 desa.”
Berkurangnya jumlah desa dengan problem kekeringan itu, kata Soekarwo, merupakan hasil dari kerja keras pemerintah kota/kabupaten dan provinsi dalam menanggulanginya sejak tahun lalu. “Itu berkat pembangunan 108 embung geomembran sepanjang tahun 2014, meskipun 72 di antaranya belum selesai,” ujarnya.
Selain itu pemerintah daerah berupaya membangun delapan sumur arthesis berkedalaman kurang dari 100 meter, serta 44 titik sambungan pipa yang dibangun oleh Dinas Cipta Karya. “Ini yang mengurangi permasalahan kekeringan tiap tahunnya,” kata dia.
Di sisi lain akibat kekeringan, kata Soekarwo, target pertanian Jawa Timur diprediksi menurun. Kata dia pertumbuhan produksi padi yang tahun lalu 3,8 persen menjadi 3,2 persen tahun ini.
Namun panen kali ini diperkirakan masih akan meningkat sekitar 400 ton gabah kering giling. "Tahun lalu panen kita 12,3 juta ton, untuk tahun ini diperkirakan meningkat 400 ton jadi 12,7 juta ton," kata dia.
ARTIKA RACHMI FARMITA