TEMPO.CO, Jayapura - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan fasilitas Bandar Udara Oksibil masih belum lengkap dan dioperasikan secara manual dalam hal prakiraan cuaca. Padahal, menurut dia, bandara ini sudah masuk dalam kelayakan penerbangan internasional.
"Bandara ini sudah masuk dalam kelayakan penerbangan internasional. Hanya saja perlu ditingkatkan sejumlah alat dan perlengkapan visual untuk menunjang bandara itu," ujar Jonan saat ditemui seusai berjumpa dengan keluarga korban jatuhnya pesawat Trigana Air di Posko Crisis Center, di Bandara Sentani, Selasa, 18 Agustus 2015.
Bandara Oksibil masih menggunakan cara-cara manual dalam menentukan prakiraan cuaca. Misalnya, jika ada pesawat yang ingin berangkat dari bandara tersebut, maka petugas bandara melakukan pemantauan dengan pandangan mata.
Oleh sebab itu, perlu adanya peningkatan perlengkapan dan peralatan visual berupa alat pendeteksi cuaca untuk pendaratan dan keberangkatan. Bandara ini juga sudah memenuhi persyaratan pendaratan dan keberangkatan.” Agar bisa lebih akurat, misalnya, digunakan untuk pendaratan malam atau digunakan dalam 24 jam,” katanya.
Jonan mengatakan penyebab kecelakaan pesawat Trigana Air ATR 42 PK YRN bukan pada kondisi bandaranya. Apalagi sebelum pesawat nahas ini melakukan pendaratan, ada pesawat jenis twin otter Trigana yang melakukan take off.
Direktur Operasional Trigana Air Benny Sumaryanto mengatakan pesawat yang dipiloti Hasanudin itu diduga kuat menabrak bukit. Pesawat tidak mengubah rute penerbangannya. Dia memperkirakan kecelakaan disebabkan karena faktor cuaca.
"Saat itu cuaca yang tak menguntungkan. Sebab saat pesawat turun, kemungkinan cuaca tak memungkinkan, sehingga pilot tak bisa full visual dan terlalu dekat dengan bukit," kata Benny ditemui di tempat yang sama.
Pesawat Trigana Air Service jenis ATR 42 PK YRN tujuan Jayapura-Oksibil jatuh di ketinggian 8500 kaki di sekitar Kampung Atenok, Distrik Oksbob, Pegunungan Bintang. Pesawat ini membawa 54 penumpang, termasuk lima kru pesawat jatuh pada kemiringan 45 derajat.
Pada Selasa, 18 Agustus 2015, tim SAR gabungan telah menemukan total 54 jenazah penumpang dan kru pesawat Trigana Air, termasuk kotak hitam dan uang dari penumpang sejumlah Rp 6,5 miliar. Uang dan jenazah yang ditemukan tak semua utuh. Ada yang dalam keadaan hangus terbakar.
Rencananya, Kamis, 19 Agustus 2015, 54 jenazah akan dievakuasi ke Jayapura. Namun hingga pukul 14.30 WIT, jenazah belum bisa dievakuasi karena cuaca buruk.
CUNDING LEVI