Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gedung Putih Peringatkan Cina Soal Aksi Agennya di AS  

Editor

Abdul Manan

image-gnews
Xi Jinping. REUTERS/Jason Lee
Xi Jinping. REUTERS/Jason Lee
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintahan Barack Obama telah menyampaikan peringatan kepada Beijing tentang agen penegak hukum pemerintah Cina yang beroperasi diam-diam di Amerika Serikat untuk menekan orang asing terkemuka. Beberapa di antaranya dicari di Cina atas tuduhan korupsi serta diminta untuk segera pulang ke negaranya.

Menurut New York Times, dalam edisi 16 Agustus 2015, pejabat Amerika mengatakan bahwa agen Cina ini merupakan bagian dari kampanye global Presiden Cina Beijing untuk memburu dan memulangkan buronan Cina dan, dalam beberapa kasus, menarik kembali uang haram yang mereka curi. Pemerintah Cina memberi nama operasi itu dengan Operation Fox Hunt (Operasi Perburuan Rubah).

Peringatan Amerika, yang disampaikan kepada pejabat Cina dalam beberapa pekan terakhir dan menuntut penghentian kegiatan tersebut, mencerminkan kemarahan yang semakin tinggi di Washington tentang taktik intimidasi yang digunakan oleh para agen tersebut.

Peringatan ini juga terjadi saat ketegangan antara Washington dan Beijing meningkat atas sejumlah isu: dari pencurian file data personel pegawai pemerintah di mana pejabat Amerika menduga ini didalangi Cina, tindakan keras Cina terhadap isu kebebasan sipil, serta kebijakan devaluasi mata uang yang dilakukannya.

Apa yang dilakukan para agen ini seperti praktek rutin pengumpulan intelijen rahasia pemerintah yang sudah dilakukan Amerika Serikat dan Cina selama beberapa dekade. Badan intelijen AS, Central Intelligence Agency (CIA), memiliki mata-mata di Cina dan Cina memiliki intel di Amerika Serikat untuk mencuri informasi rahasia terkait politik, ekonomi, militer dan industri.

Menurut pejabat Amerika yang bicara secara anonim, agen yang menyamar itu bekerja di bawah Kementerian Keamanan Publik, cabang penegakan hukum Cina yang bertanggung jawab atas Operation Fox Hunt.

Kampanye perburuan terhadap koruptor secara global, yang menjadi elemen sentral pertempuran Xi Jinping melawan korupsi, populer di masyarakat Cina. Sejak 2014, menurut Departemen Keamanan Publik, lebih dari 930 tersangka telah dipulangkan, termasuk lebih dari 70 yang telah kembali tahun ini secara sukarela, kata situs kementerian itu Juni lalu. Laporan media Cina juga menyebutkan, para agen itu telah dikirim ke seluruh dunia.

Para pejabat Amerika mengatakan mereka memiliki bukti kuat bahwa agen Cina -yang kemungkinan besar masuk ke negara itu sebagai turis atau menggunakan visa perdagangan - menggunakan berbagai taktik keras untuk mendapatkan buronannya kembali ke negaranya. Gangguan, termasuk ancaman terhadap anggota keluarganya di Cina, telah meningkat belakangan ini, kata para pejabat AS. Para pejabat itu menolak untuk memberikan bukti spesifik kegiatan para agen.

Amerika Serikat juga memiliki sejarah tersendiri mengirim agen rahasia ke negara-negara lain - kadang-kadang di bawah perintah untuk menculik atau membunuh. Pada tahun-tahun setelah serangan 11 September 2001, CIA mengirimkan tim ke luar negeri untuk menangkap tokoh Al-Qaeda untuk dikirim ke penjara rahasia CIA atau menyerahkannya kepada pemerintah lain untuk diinterogasi.

Baik Departemen Keamanan Publik maupun Kementerian Luar Negeri Cina belum merespons saat ditanya New York Times soal langkah terbaru Gedung Putih ini. Namun para pejabat Cina selama ini sering mengatakan soal upaya global mereka untuk melacak buron ekonomi, dan media berita telah menampilkan laporan yang merinci tujuan dan keberhasilan Operation Fox Hunt ini.

Menurut media berita Cina, Beijing telah mengirim puluhan agen keamanan luar negeri untuk "membujuk" target mereka untuk kembali ke negaranya. Soal bagaimana mereka berusaha mencapai tujuan tersebut, itu yang tidak jelas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Liu Dong, direktur Operasi Fox Hunt, mengatakan agen Cina harus mematuhi hukum lokal di luar negeri dan mereka bergantung pada kerja sama dengan polisi di negara-negara lain, kata laporan berita tahun lalu. Namun ia menambahkan, "Prinsip kami adalah demikian: Apakah ada atau tidak ada kesepakatan di tempat, asalkan ada informasi bahwa ada seorang tersangka kriminal, kami akan mengejar mereka di sana. Kami akan melakukan pekerjaan kami terhadap mereka, di mana saja."

Tidak jelas apakah F.B.I. atau Departemen Dalam Negeri telah menganjurkan pemerintahan Obama untuk mengusir agen Cina tersebut. F.B.I. dan Departemen Dalam Negeri bertugas melacak kegiatan agen pemerintah asing di Amerika Serikat, dan para pejabat Amerika mengatakan bahwa kedua lembaga tersebut telah mengumpulkan bukti-bukti tentang agen penegak hukum Cina itu setelah berbicara dengan ekspatriat Cina dan dengan memantau aktivitas para agen itu.

Cina dan Amerika Serikat tidak memiliki perjanjian ekstradisi. Mark Toner, juru bicara Departemen Luar Negeri, menolak berkomentar tentang peringatan diplomatik tetapi mengatakan bahwa "secara umum, agen penegak hukum asing tidak diizinkan beroperasi di Amerika Serikat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Jaksa Agung."

Merupakan tindak pidana, katanya, "bagi seorang individu, selain petugas diplomatik atau konsuler atau atase, bertindak di Amerika Serikat sebagai agen dari kekuatan asing tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Jaksa Agung."

Marc Raimondi, seorang juru bicara Departemen Kehakiman, mengatakan bahwa "Amerika Serikat bukan surga untuk buronan dari negara mana pun." Namun dia menambahkan bahwa jika Amerika akan membantu Cina memburu buronan, Beijing harus memberikan bukti untuk Departemen Kehakiman. Tapi seringkali, kata Raimondi, "Cina belum memberikan bukti yang kami minta."

Agen itu digambarkan sebagai sebagian besar masih muda, sangat terampil dan telah berulang kali ditugaskan secara cepat sejak kampanye ini dimulai tahun lalu. "Dalam 49 jam, mereka dapat melakukan penangkapan mereka di mana saja di dunia," kata sebuah laporan yang diterbitkan situs Kementerian Keamanan Publik Cina.

Pernyataan resmi tersebut, yang sepertinya lebih ditujukan untuk khalayak domestik, memicu kekhawatiran di luar negeri. Sebab, agen Cina dilarang melakukan penangkapan di negara orang, termasuk di negara tujuan utama para buronan itu: Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Negara-negara itu, serta sejumlah negara lain, tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Cina.

Cina mengatakan pihaknya mematuhi hukum negara setempat. Namun pada bulan Desember, dua petugas polisi Cina tertangkap beroperasi di Australia tanpa izin dari otoritas lokal. Para petugas itu telah melakukan perjalanan ke Melbourne untuk mengejar seorang warga Cina yang dituduh menerima suap, kata laporan itu. Pejabat Australia segera memanggil diplomat dari Kedutaan Besar Cina di Canberra untuk menyampaikan kekecewaan mereka, kata juru bicara Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia.

NEW YORK TIMES | ABDUL MANAN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Seorang wanita meniup kantong plastik saat mengambil sampel udaranya untuk tes Covid-19 menggunakan GeNose C19 di sebuah stasiun kereta di Jakarta, Rabu, 3 Februari 2021. Alat buatan Indonesia ini mulai digunakan untuk screening penumpang kereta jarak jauh. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.


Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Bupati terpilih Sabu Raijua, NTT, Orient P Riwu Kore menjadi perbincangan setelah disebut-sebut sebagai warga negara Amerika Serikat. Orient mengakui sempat memiliki paspor AS, namun tidak lantas mengubah status kewarganegaraannya. Facebook.com
Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020


Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat mengikuti pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Istana di Singapura, 11 Juni 2018. REUTERS/Jonathan Ernst
Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.


Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.


Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Ilustrasi microchip semikonduktor. [REUTERS/Kim Kyung-Hoon]
Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.


Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Sekitar ratusan ribu warga Amerika Serikat turun ke jalan pada Sabtu, 30 Juni 2018, menuntut pemerintahan Presiden Donald Trump mengizinkan imigran masuk dan mempertemukan anak imigran dengan orang tua mereka. Reuters
Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.


Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Gas air mata dilepaskan di antara pengunjuk rasa saat bentrokan dengan polisi di Gedung Capitol pada rapat pengesahan hasil pemilihan presiden 2020 oleh Kongres AS di Gedung Capitol AS di Washington, 6 Januari 2021. Sekitar 350 pasukan Garda Nasional D.C. dikerahkan untuk mengantisipasi kerusuhan yang diperkirakan akan terjadi. REUTERS/Shannon Stapleton
Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol


Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Wartawan asal Amerika Serikat, Daniel Pearl, yang tewas dipenggal pada 2002. Sumber: The Times of Israel
Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.


Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Dokter umum Luisa Vera bereaksi setelah menerima vaksin virus corona (Covid-19) buatan Pfizer-BioNTech di Universitas Kesehatan Indiana, Rumah Sakit Methodist di Indianapolis, Indiana, Amerika Serikat, Rabu, 16 Desember 2020. Kredit: ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan Woolsto/HP/djo/am.
Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19


Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Silinder berisi uranium di fasilitas nuklir Fordow, Iran.[IRNA]
Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran