TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama Said Aqil Siroj mengatakan ada beberapa tantangan yang dihadapi kepengurusan baru NU. Terutama dalam bidang pendidikan sumber daya manusia, kesehatan, dan pembangunan ekonomi kerakyatan.
Said berharap kepengurusan baru dapat meneruskan program kerja dengan memberikan inovasi kreatif untuk kemajuan organisasinya. "Tantangan ke depan terbesar yakni membangun generasi muda NU secara estafet untuk pembangunan Islam nusantara," kata Said di gedung PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu, 22 Agustus 2015.
Oleh sebab itu, kata Said, PBNU akan kembali menambah jumlah sekolah ke-NU-an. Tujuannya, kader NU dapat mengawal keutuhan bangsa melalui politik kebangsaan.
"Mudah-mudahan semua pengurus bisa segera bekerja dan beraksi untuk PBNU. PBNU bermakna pancasila, bhineka tunggal ika, NKRI, dan UU 1945," ujar Said.
Ketua Umum Badan Musyawarah PBNU Ma'ruf Amin juga berharap kadernya dapat mengembangkan ekonomi kerakyatan. Ma'ruf berpendapat ada dua cara yang dapat dilakukan yakni melalui ekonomi komersial dan sosial. Ia juga akan bekerja sama dengan berbagai pengusaha dan asosiasi untuk mendukung program kerja tersebut.
"Sebanyak 574 SDM PBNU belum dimaksimalkan. Saya kira periode ini bisa dimaksimalkan," ujarnya.
Ma'ruf berujar NU telah memasuki usia 100 tahun. Menurut dia, usia ini merupakan periode kebangkitan kedua. "Artinya, harus ada pembaharuan di kebangkitan kedua ini," ujarnya.
Adapun susunan kepengurusan PBNU 2015-2020 antara lain:
Ketua Umum Harian Syuriyah (Badan Musyawarah) PBNU: Ma'ruf Amin
Wakil Ketua: Miftahul Akhyar
Sekretaris: Yahya Cholil Staquf
Ketua Umum Pelaksana Harian: Said Aqil Siroj
Wakil Ketua Umum: Slamet Effendy
Sekretaris Jenderal Helmi Faishal Zaini
Bendahara Umum: Bina Suhendra
DEWI SUCI RAHAYU