TEMPO.CO, Jambi - Kebakaran lahan dan hutan di kawasan Provinsi Jambi sebulan terakhir mengancam kawasan habitat Anggrek hutan alam langka.
"Kawasan luasannya sekitar 240 hektare yang sudah dikonservasi sebagai habitat 84 jenis Anggrek hutan alam, kini terbakar. Sekitar 100 hektare diantaranya sudah hangus dilalap api," kata Kepala Bidang Perlindungan Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Bestari, kepada Tempo, Ahad, 23 Agustus 2015.
Kini petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jambi bersama komunitas pencinta Anggrek sedang melakukan upaya pemadaman.
Kawasan hutan habitat Anggrek hutan alam ini menurut Bestari, berada dalam kawasan tiga Desa, yakni Desa Bakung, Jambitulo, dan Desa Mudung Darat, Kecamatan Marosebo, Kebupaten Muarojambi, Jambi. Sebulan terakhir, kawasan ini empat kali mengalami kebakaran.
Menurut Bestari, kawasan tersebut merupakan areal penggunaan lain. "Sehingga diduga kebakaran lahan ini ada unsur kesengajaan dari warga untuk membuka kebun baru dengan cara membakar," ujarnya. "Apinya sulit dipadamkan, karena merupakan kawasan gambut dengan kedalaman mencapai 4 - 5 meter."
Khusus di Kabupaten Muarojambi ini saja, kata Bestari, sedikitnya ada dua titik kebakaran lahan dan hutan yang berlangsung sejak sepekan terakhir. Upaya pemadaman masih terus dilakukan, meliputi kawasan Taman Hutan Raya Tanjung, kawasan gambut Desa Parit, kawasan Desa Arang Arang, dan Taman Nasional Berbak.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jambi, Arif Munandar, kepada Tempo mengakui jika pihaknya kini kewalahan melakukan pemadaman api akibat kebakaran lahan dan hutan. Personil dan.peralatan, kata dia, sangat kurang sementara kawasan yang terbar juga banyak. "Kami telah berupaya mengajukan usulan kepada pemerintah pusat untuk meminta bantuan melakukan hujan buatan dan menyediakan helikopter untuk membuat water boombing," katanya.
Sabtu kemarin jumlah titik panas di daerah ini sebanak 35 titik, menurun bila dibandungkan sehari sebelumnya yang mencapai 37 titik.
Akibat kebakaran lahan dan hutan di daerah ini, muncul kabut asap dan jarak pandang sejak sepuluh hari terakhir berkurang, yakni pada pagi hari hanya 1.500 meter dan siang 4 ribu - 5 ribu meter. Kondisi ini membuat aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Thaha Syaifuddin Jambi tidak bisa dilakukan pada pagi hari. "Hari ini saja tiga penerbangan jadwal pagi dari Jakarta terpaksa ditunda," kata Agus, salah seorang petugas Bandara Sultan Thaha Syaifuddin.
SYAIPUL BAKHORI