TEMPO.CO, Jakarta - Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto, anak Presiden Indonesia kedua Soeharto, mengkritisi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, soal penggusuran warga Kampung Pulo, Jakarta Timur. Menurut dia, Gubernur Basuki alias Ahok seharusnya tak pakai urat dalam menata warga DKI Jakarta.
Dari cuitan akun Twitter miliknya, Tommy mengatakan seseorang boleh tegas tapi bukan berarti harus kasar. Dia juga minta agar seorang pemimpin dapat membedakan emosi pribadi dengan emosi mengayomi.
"Yang merasa, semoga paham dengan apa yang saya maksud," cuit dia, Sabtu, 22 Agustus 2015.
Ahok menanggapinya dengan santai. Dia mengatakan, siapa pun bebas menilai tindakannya, asalkan program pemda DKI tetap berjalan. Pendapat Tommy tak akan mempengaruhi proses negosiasi yang sudah berjalan sejak 2013.
Ahok mengatakan warga Kampung Pulo awalnya meminta relokasi tak jauh dari tempat tinggal asalnya. Karena itu, kata dia, pemda DKI mengorbankan kantor Suku Dinas PU Tata Air untuk dijadikan rusun Jatinegara Barat.
"Karena rusunnya sudah jadi, ya mereka harus pindah," kata Ahok.
Adapun, selain menilai Ahok kasar, Tommy juga beranggapan penataan wilayah dapat dilakukan tanpa pengusiran. Asalkan, masyarakat mampu bertanggung jawab terhadap wilayah dan lingkungan tempat tinggal mereka.
Namun, Ahok mengatakan, rumah-rumah yang ada di wilayah jalan inspeksi Kali Ciliwung memang harus digusur. Tak ada toleransi lagi untuk itu.
"Kalau tidak digusur, program normalisasi kali tak akan bisa berlanjut," kata Ahok.
YOLANDA RYAN ARMINDYA