TEMPO.CO, Jakarta - Grup Ciputra akan terus menjalankan proyek-proyek pengembangan properti sesuai rencana awal kendati nilai tukar rupiah mengalami tren pelemahan dan pertumbuhan ekonomi melambat.
Presiden Direktur Ciputra Group Candra Ciputra mengatakan, proyek yang masuk perencanaan tahun ini mencapai 50 proyek. "Hampir semuanya landed, risk lebih kecil dibandingkan dengan high rise," ujarnya Rabu malam, 26 Agustus 2015.
Dia mengatakan pelemahan rupiah tidak berdampak langsung pada arus kas perseroan karena pinjaman yang diperoleh perseroan dalam denominasi valuta asing tidak dominan. Bahkan, rasio pinjaman terhadap ekuitas hanya 15 persen.
Namun, situasi ekonomi yang sulit seperti saat ini menurutnya turut mempengaruhi penjualan properti. Alhasil target pendapatan hingga akhir tahun diproyeksi sama dengan tahun lalu.
Candra menyebut depresiasi rupiah tidak berdampak signifikan terhadap beban biaya konstruksi. Pasalnya, proyek yang akan dikembangkan didominasi pembangunan hunian tapak yang memiliki komponen impor rendah.
"Kalau komponen impor punya cost 20-25 persen," ujarnya.
Grup Ciputra menaungi beberapa anak usaha antara lain PT Ciputra Development Tbk, PT Ciputra Surya Tbk, PT Ciputra Property Tbk, dan PT Ciputra Residence.
Beberapa proyek yang akan dikembangkan oleh Ciputra Development antara lain enam proyek residensial, masing-masing di Samarinda seluas 58 hektare (CitraGarden Hills), Malang seluas 50 hektare (CitraGarden City), Cileungsi seluas 82 hektare (CitraLand), Lampung seluas 35 hektare (CitraLand), dan Kendari seluas 60 hektare (CitraGrand).
Selain itu akan diluncurkan pula proyek high rise yang meliputi apartemen Fatmawati dengan luas pengembangan 4,5 hektare, sebuah proyek mixed-use seluas 2 hektare di Kemayoran, office tower di Ciputra International Jakarta serta office tower dan SOHO di Ciputra World Surabaya.
BISNIS