TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah gerakan yang bertujuan mengembalikan anak sebagai subyek pendidikan dan merdeka diluncurkan para pegiat pendidikan. Gerakan yang dipelopori komunitas Taman Gagasan Anak (TAGA) itu diluncurkan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sabtu, 29 Agustus 2015.
“Kami percaya bahwa anak bisa berkontribusi pada perubahan. Anak sebagai subyek dan bukan lagi obyek,” ujar Monika Irayati, koordinator Taman Gagasan Anak, dalam deklarasinya di hadapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan dan ratusan pegiat pendidikan. “Kami mengajak semua pihak untuk mendukung agar anak-anak menjadi menjadi anak yang bisa.”
Ira–panggilan Monika Irayati–mengatakan TAGA merupakan bagian dari gerakan global Design for Change (DFC) yang digagas oleh Kiran Bir Sethi, pendiri Sekolah Riverside di Kota Ahmedabad, India. Gerakan ini, yang mengajak anak untuk melakukan empat tahapan, feel (merasakan)-imagine (membayangkan)-do (melakukan)-share (berbagi) ini, telah berkembang di 35 negara dan diadopsi oleh 200 ribu sekolah.
Terkait dengan rencana ke depan, Ira mengatakan TAGA akan merapatkan barisan dengan mengumpulkan para individu yang mau menggulirkan DFC bersama-sama. “Kami berupaya mengumpulkan sebanyak-banyaknya orang yang mau melakukan inisiatif DFC untuk anak-anak,” ujarnya.
Selain itu, TAGA juga merencanakan untuk mengadakan festival untuk mengumpulkan cerita-cerita pilihan proyek anak untuk menginspirasi seluruh anak di dunia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan menyambut baik gerakan ini. Meskipun tidak memiliki gerakan ini, menurut Anies, Kementerian akan menjadi bagian dan memfasilitasinya.
Totok Suprayitno, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengatakan, gerakan ini akan menjadi gerakan semua pihak dan bukan merupakan sebuah proyek yang cepat selesai dan tidak memiliki keberlanjutan. “Kami akan mencari ambassador atau role model yang akan menyuarakan gerakan ini,” ujarnya.
ERWIN ZACHRI