TEMPO.CO, Yogyakarta - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Istijab Danunagoro mengatakan menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah berdampak positif bagi bisnis perhotelan. Turis semakin banyak membelanjakan duitnya yang telah ditukar dengan rupiah.
Hampir semua hotel di Yogyakarta, menurut Istijab, sudah menerapkan peraturan Bank Indonesia yang mewajibkan hotel bertransaksi menggunakan rupiah.
Data PHRI menunjukkan wisatawan mancanegara yang datang kebanyakan dari Singapura dan Australia. Sedangkan wisatawan domestik datang dari Jakarta dan Surabaya.
Baca juga:
Sujiwo Tedjo Menerawang: Militer Geser Jokowi, Bukan Prabowo
Kisah Kuli Panggul Raup Ribuan Dolar dari Aplikasi Android
Angka kunjungan wisatawan domestik pada 2014 sebanyak 3,3 juta orang. Hingga akhir tahun ini, wisatawan Nusantara ditargetkan sebanyak 3,5 juta. Sedangkan wisatawan asing pada 2014 sebanyak 250 ribu dan ditargetkan bisa mencapai 300 ribu hingga akhir 2015.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat 80 hotel berbintang dan 8.000 kamar. Sedangkan hotel non-bintang sebanyak 1.100 dan jumlah kamar 13 ribu.
Data Badan Pusat Statistik DIY menunjukkan tingkat hunian kamar hotel rata-rata pada Juni 2015 sebesar 57,44 persen. Angka ini menurun dibanding Mei sebesar 65,90 persen.
Namun penguatan dolar AS, kata Istijab, terasa pada restoran-restoran yang mengimpor bahan makanan, misalnya daging sapi impor. Biaya operasional restoran menjadi bertambah.
SHINTA MAHARANI
Baca juga:
Kenapa Mourinho Keok Hadapi Deretan Pelatih Berinisial P?
Gusar, RJ Lino Ancam Jokowi, Rini Soemarno Telepon Kapolri