TEMPO.CO, Madiun - Para pengusaha konveksi di Kota Madiun, Jawa Timur mengeluhkan kenaikan harga bahan baku imbas dari anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebulan ini.
Mereka tak berani membeli kain kaus ke pabrik atau distributor untuk keperluan produksi. "Khawatir rugi kalau nanti tiba-tiba dolar turun," kata Sekretaris Ababil Konveksi, Munfarida, di Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Senin, 31 Agustus 2015.
Untuk produksi, tempat usaha yang mempekerjakan 18 buruh itu memaksimalkan stok kain yang ada. "Stok yang ada ini sisa belanja sebelum dolar naik." Konsekuensinya, Ababil mengalihkan permintaan pemesan dari bahan berkualitas tinggi ke yang lebih rendah.
Ida, sapaan Munfarida memprediksi kondisi itu berlangsung hingga pertengahan September. Hal itu sesuai dengan persediaan kain yang dimiliki tempat bekerjanya.
Saat ini pasokannya sebanyak 600 rol atau sekitar 13.200 kilogram dari beberapa jenis kain, seperti KH dan Tetron Cotton dengan kualitas lebih rendah daripada katun.
Di tempat berbeda, Paulus, pemilik usaha konveksi Leo di Kelurahan Nambangan Lor, Kecamatan Manguharjo mengungkapkan hal serupa.
Saat nilai tukar US$1 terus naik hingga kini Rp14 ribu, produksinya berjalan lambat. "Sekarang hanya melayani order dari pengusaha konveksi luar kota yang membutuhkan bantuan produksi."
Menurut Paulus, usaha konveksi berdampak langsung terhadap naiknya nilai tukar dolar terhadap rupiah. Sebab, bahan baku kain yaitu kapas harus didatangkan dari luar negeri. "Kalau di Indonesia adanya kapuk."
NOFIKA DIAN NUGROHO