TEMPO.CO, Padang - Setiap 1 September, Kepolisian RI memperingati hari ulang tahun Polisi Wanita. Tahun ini, Polwan sudah menginjak usia 67 tahun. Bagaimana sejarah berdirinya Polwan? Ternyata terbentuknya Polwan dirintis oleh enam perempuan Minang.
Menurut Pejabat Gubernur Sumatera Barat Reydonnyzar Moenek dipelopori enam orang wanita tangguh asal Sumatera Barat yakni Mariana Saanin Mufti, Nelly Pauna Situmorang, Rosmalina Pramono, Dahniar Sukotjo, Djasmainar Husein, dan Rosnalia Taher.
Keenam perempuan itu mulai mengikuti Pendidikan Inspektur Polisi di Sekolah Polisi Negara Bukittinggi pada 1 September 1948. Tanggal itulah yang kemudian dijadikan sebagai hari lahirnya polisi wanita.
Saat itu, pemerintah darurat Republik Indonesia di Kota Bukittinggi harus menangani arus pengungsian besar-besaran akibat agresi militer Belanda. Pengungsian besar-besaran itu berpotensi menimbulkan masalah jika ada penyusup di antara pengungsi yang masuk ke wilayah-wilayah yang dikuasai republik. Namun, pengungsi perempuan menolak digeledah oleh polisi pria.
"Banggalah masyarakat Ranah Minang. Para putri berdarah bundo kanduang inilah yang memberikan dedikasi keikutsertaan dalam memajukan Polri," ujarnya saat peresmian renovasi monumen polwan di Bukittinggi, Selasa, 1 September 2015. Monumen polwan ini menambah semarak dan indahnya Kota Bukittinggi sebagai Kota Wisata di Sumatera Barat.
Dalam kesempatan tersebut Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti, menantang para polisi wanita (polwan) untuk menjadi jenderal. “Dengan kekuatan dan kemahirannya (Polwan), tentunya akan memudahkan jalan kariernya menjadi Jenderal. Namun sayang hingga hari ini para polwan kita masih memilih pada tingkat direktur saja," ujarnya saat merayakan HUT Polwan dan meresmikan renovasi monumen polwan di Kota Bukittinggi.
Selain itu, kata Badrodin, polwan mesti introspeksi diri dalam meningkatkan kinerja pelayanan kepada masyarakat, bangsa dan negara. Polwan, juga harus bisa menjaga keseimbangan antara anggota Polri dan ibu rumah tangga. Sebab, keduanya penting.
Menurutnya, polwan harus mampu menjauhkan diri dari yang menjatuhkan derjatnya sebagai wanita dan anggota Polri. "Tingkatkan solidaritas di antara polwan, sinergitas dengan organisasi wanita, TNI dan yang lainnya," ujarnya.
Bagi Badrodin, monumen polwan yang terletak di stasiun Bukittingi merupakan tonggak sejarah kelahiran polwan di Indonesia. Harusnya, ini menjadi inspirasi dan semangat kebanggaan bagi para polwa untuk mengabdi.
ANDRI EL FARUQI