TEMPO.CO, Probolinggo - Dampak melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika membuat pegiat industri pariwisata mengurangi agenda promosi ke luar negeri. Ketua Jawa Bali Accommodation, Digdoyo Djamaluddin, mengatakan ketika dolar terus menguat terhadap rupiah, otomatis biaya promosi ke luar negeri membengkak.
"Sebenarnya tahun ini kami sudah memberangkatkan wakil kami ke Jerman," kata Digdoyo, yang akrab disapa Yoyo, kepada Tempo, Rabu, 2 September 2015.
Baca Juga:
Baca: Heboh Tren Remaja Seksi, Cuma Berbaju Kantong Plastik Tipis!
Menurut Yoyo, rencana promosi ke luar negeri akan ditunda. "Terpaksa kami tunda dulu karena nilai tukar rupiah yang melemah ini," katanya.
Yoyo menuturkan selama ini pihaknya bersama Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Jawa Timur rutin mengadakan promosi ke luar negeri. "Dalam setahun bisa empat-lima kali. Namun karena dolar menguat, promosi selanjutnya harus kami tunda."
Simak: Heboh, Ada Telur dengan Cangkang Membentuk Huruf 'Allah'
Jawa Bali Accommodation telah menggelar serangkaian promosi wisata ke Singapura, Cina, dan Jerman. "Kami ikut pameran tradisi di Frankfurt sebagai bentuk silaturahmi," ucap Yoyo.
Yoyo berharap pemerintah mempunyai terobosan atau strategi yang tepat untuk menarik wisatawan asing berkunjung ke Indonesia. "Promosi ke luar negeri juga harus terus digalakkan."
Baca Juga: Siapa Mahasiswa UNS yang Lulus dengan IPK 4
Melemahnya rupiah terhadap dolar secara langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap industri pariwisata. Pengelola hotel dan restoran di kawasan Bromo termasuk yang terkena dampak pelemahan rupiah. Kunjungan turis ke Bromo turun drastis hingga 40 persen.
DAVID PRIYASIDHARTA