TEMPO.CO , Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta masyarakat tidak salah menilai soal banyaknya buruh kasar asal Cina yang bekerja di Indonesia. Menurut dia, buruh-buruh itu dibawa oleh kontraktor negara asal demi kepentingan investasi di Indonesia.
"Tidak mudah mempekerjakan buruh kasar di sini," kata Kalla di kantornya, Rabu, 2 September 2015. "Yang ada, mereka investasi dan memiliki kualitas buruh yang sudah mendapat sertifikasi."
Kalla mengatakan banyaknya buruh Cina dalam suatu proyek Negeri Panda yang berinvetasi di sini juga tidak akan menyaingi pekerja kasar asal Indonesia. Menurut dia, dalam sebuah proyek besar, pekerja kasar asal Indonesia juga pasti dilibatkan.
Juga dalam hal kuota, pekerja Indonesia akan lebih dominan dan mendapatkan upah yang lebih layak ketimbang pekerja kasar asal Cina. "Jadi, justru mereka diizinkan agar membuat proyek, sehingga lapangan kerja makin besar. Jangan terbalik mikirnya."
Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri membantah adanya banjir buruh kasar Cina di Indonesia. Menurut dia, jumlah buruh kasar asal Cina di Indonesia dari tahun ke tahun relatif sama.
"Berada di kisaran 13 ribu. Jika dibandingkan dengan jumlah pekerja Indonesia, itu masih sedikit," katanya di kompleks Kepresidenan. "Jadi jangan berasumsi adanya banjir buruh Cina."
Sepanjang 2014-2015, Indonesia kedatangan banyak tenaga kerja asal Negeri Tirai Bambu. Kementerian Ketenagakerjaan telah memberi izin kepada 41.365 tenaga kerja Cina untuk masuk ke Indonesia sejak Januari 2014 hingga Mei 2015. Total tenaga kerja Cina yang masih menetap di dalam negeri saat ini sebanyak 12.837 orang.
Sektor yang banyak diisi tenaga kerja Cina pada periode 1 Januari 2014-31 Mei 2015 adalah perdagangan dan jasa sebanyak 26.579 orang, industri 11.114 orang, dan pertanian 3.672 orang.
REZA ADITYA