TEMPO.CO, Jakarta - Imam masjid Indonesia et Islamic Centre di New York Amerika, Imam Shamsi Ali, menyayangkan pertemuan antara Ketua DPR Setya Novanto dengan Donald Trump. “Saya menyayangkan pertemuan itu, apalagi dalam acara kampanye,” katanya dalam status Facebook pribadinya yang telah diunggah sejak Kamis, 3 September 2015.
Berita Menarik
Dibunuh di Kota Wisata: Karena Nurdin Kesal Nungki Main HP
Alumnus UI Tewas, Jejak Kaki di Balkon Ungkap Kejanggalan
Alasan pertama, Imam menilai sangat tidak etis pertemuan itu berlangsung karena posisinya sebagai Ketua DPR. “Ketua DPR mewakili negara dan tidak etis mendukung salah satu calon, apalagi menghadiri acara kampanye,” kata Imam Shamsi Ali.
Kedua, Imam menilai tindakan Donald Trump yang memperkenalkan Setya Novanto walau hanya tiga menit di atas panggung menjatuhkan martabat bangsa. “Sungguh merendahkan martabat bangsa dan negara untuk sekedar tersenyum di depan publik Amerika pendukung Donald Trump,” kata Imam Shamsi Ali.
Alasan selanjutnya, pertemuan antara Setya Novanto pada acara kampanye Donald Trump itu, kata Imam, menandakan pejabat Indonesia memang sedang ke luar negeri untuk sebuah perjalanan dinas. Menurut dia, saat ini ada banyak anggota DPR ke Amerika Serikat saat reses. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu jalan-jalan dan belanja.
Komjen Buwas Dicopot
Pencopotan Waseso, Luhut: Prajurit Tak Boleh Ancam Atasan
Kapolri: Buwas Mau Dicopot Saat Adu Mulut dengan Buya Syafii
Terakhir, Imam mengatakan miliarder Donald Trump dikenal rasis dan anti imigran serta anti-muslim. “Harusnya seorang Ketua DPR harus berhati-hati. Jangan sampai pertemuan itu menjadi pembenaran sikap Ketua DPR yang rasis,” kata Imam.
Menurut Imam, saat Indonesia menghadapi kesulitan ekonomi dengan jatuhnya harga rupiah, sejarusnya pejabat negara semakin sensitif. Imam Shamsi berharap ada rasa solidaritas untuk tidak memakai anggaran pada kegiatan yang tidak penting ketika rakyat dalam kesulitan.
MITRA TARIGAN
Berita Terbaru
Cerita Komjen Anang Iskandar yang Larang Rambo Jadi Polisi
Eksklusif, Budi Waseso: Saya Minta Pak JK Biarkan...