TEMPO.CO, Washington - Menteri Luar Amerika Serikat John Kerry menaruh perhatian serius terhadap berbagai laporan yang menyebutkan adanya aktivitas militer Rusia di Suriah. "Aksi tersebut dapat meningkatkan kekerasan di sana," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Rabu, 9 September 2015.
Juru bicara John Kirby mengatakan kepada wartawan di AS bahwa Kerry telah berbicara secara jelas melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri Sergevy Lavrov bahwa, jika laporan tersebut benar, hal itu dapat memicu kekerasan lebih besar. "Seluruh upaya komunitas internasional tak bakal sanggup mengakhirinya."
Sebelumnya, Rabu, 9 September 2015, sejumlah pejabat AS menuding Rusia sedang membangun kekuatan militer di Suriah. "Penguatan militer Rusia itu difokuskan di lapangan terbang internasional Bassel al-Assad, sebelah selatan Latakia, di pantai Mediterania Suriah dan fasilitas angkatan laut Rusia di Tartus," kantor berita AFP melaporkan.
Sekrteraris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menunjukkan reaksi yang sama dengan Kerry. Dia mengatakan gerakan militer Rusia itu tidak akan membantu menyelesaikan konflik di Suriah.
"Saya pikir hal yang paling penting saat ini adalah membantu menemukan sebuah solusi politik guna mengakhiri konflik di Suriah. Kami sangat mendukung upaya Perserikatan Bangsa-Bangsa," ucap Stolbenberg.
Salah seorang pejabat AS yang tak bersedia disebutkan namanya mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dua kapal pendarat tank baru-baru ini telah tiba di Tartus dan sekitar sepuluh kendaraan lapis baja pengangkut pasukan telah berada di lapangan terbang Bassel al-Assad. Lapangan terbang ini diberi nama kakak laki-laki Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Pejabat AS lainnya menjelaskan, puluhan kendaraan infanteri Rusia telah tiba di Suriah, tapi peran mereka sepertinya untuk melindungi perangkat keras militer ketimbang pengerahan pasukan darat.
ALJAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN