TEMPO.CO, Jakarta - Pembunuhan di Apartemen Casa Grande, Kasablanka, di Tebet, Jakarta Selatan, terkuak. Polisi menangkap Mursalim, petugas keamanan apartemen, sebagai pembunuh Yoshimi Nishimura, perempuan Jepang berusia 28 tahun yang tinggal di lantai 10.
Jenazah Yoshimi ditemukan pada 7 September 2015 oleh sopir pribadinya, Rohidin, yang hendak menjemput. Karena telepon Yoshimi tak bisa dihubungi, Rohidin meminta petugas keamanan apartemen mendobrak pintu apartemen perempuan itu. Ia diduga dibunuh dua hari sebelum ditemukan.
Ketika ditemukan, tubuh General Affair Finance Yamaha Music Manufacturing Indonesia itu setengah telanjang, menghitam, busuk, dan membengkak. Yoshimi hanya mengenakan celana dalam dan kutang serta ditutupi selimut.
Menurut juru bicara Kepolisian Daerah Metro Jakarta, Komisaris Besar Muhammad Iqbal, polisi melacak jejak pembunuhnya dari barang-barang yang tertinggal di kamar Yoshimi. Di kamar nomor 2 itu, polisi menemukan bungkus rokok yang berisi enam batang dan korek api. Padahal Yoshimi dikenal teman-temannya tak merokok.
Dengan memeriksa para petugas keamanan di apartemen itu, polisi mendapat petunjuk terang siapa pembunuhnya. Rekaman kamera pengawas di lobi apartemen kian menegaskan pelakunya. Laki-laki itu adalah Mursalim. “Dia pelaku tunggal,” kata Iqbal, kemarin.
Setelah membunuh, Mursalim pulang ke rumahnya di Ciracas, Jakarta Timur. Laki-laki 25 tahun itu tinggal bersama istrinya. Setelah kematian Yoshimi diberitakan media massa, Mursalim pulang ke kampung halamannya di Lampung. “Dia ditangkap di Langkapura di dalam bus,” ujar Iqbal.
Kepada polisi, Mursalim mengaku membunuh Yoshimi karena ingin mendapatkan barang-barangnya. Menurut Iqbal, polisi belum sepenuhnya percaya pada pengakuan ini. “Kami sedang telisik kemungkinan motif lain,” tuturnya.
Sebab, hanya ponsel dan kunci kamar yang raib dari kamar Yoshimi. Ponsel itu ditemukan polisi di rumah Mursalim di Ciracas.
Yoshimi tewas karena dicekik. Pada leher jenazah ditemukan luka lebam. Orang tua Yoshimi datang ke Jakarta dua hari lalu dan memastikan perempuan itu adalah anak mereka lewat ciri gelang yang dipakai pada kaki perempuan itu.
Kedua orang tua Yoshimi mengizinkan tubuh anaknya diotopsi. Petugas otopsi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menyimpan jenazah Yoshimi di lemari es dan baru esok tubuhnya dibedah untuk menemukan penyebab kematiannya.
Sejauh ini, kata Iqbal, polisi tak menemukan modus lain dalam kasus tewasnya Yoshimi. Ia meninggal dicekik tanpa bantuan alat lain. Dugaan di luar perampokan juga belum ditemukan, mengingat Yoshimi baru tiga bulan tinggal di apartemen itu.
GANGSAR PARIKESIT | AFRILIA SURYANIS