TEMPO.CO, Jakarta - Mursalim, 25 tahun, pembunuh gadis berkewarganegaraan Jepang, dua kali bolak-balik ke lobi Apartemen Casa Grande, Tebet, Jakarta Selatan, setelah membunuh Yoshimi Nishimura di kamar yang dihuninya di lantai 10. Namun tak ada seorang pun rekan kerja Mursalim yang curiga.
"Enggak terlihat, biasa saja," kata Yogi, salah satu petugas sekuriti yang juga bertugas saat kejadian. Yogi berujar, Mursalim tak memperlihatkan mimik mencurigakan. Dia juga tak tampak sedang ketakutan atau gemetaran. Yogi pun tak menaruh curiga Mursalim lama tak muncul di lobi.
Pengakuan sama diutarakan Saripin, petugas sekuriti yang saat itu juga bertugas. Bahkan Saripin sempat membantu membuka akses lift Mursalim karena tak tahu apa yang direncanakan pria itu. Ia juga tak menaruh curiga saat Mursalim turun ke lobi sesaat setelah membunuh Yoshimi. "Cuma berkeringat saja," ujarnya. (Baca: Sebelum Dibunuh, Yoshimi Panggil Mursalim ke Dalam Kamar)
Dalam rekonstruksi kejadian yang berlangsung pada Senin, 11 September 2015, setelah membunuh Yoshimura, Mursalim hanya mencuci tangan lalu kembali ke lobi. Ia bertemu dengan Yogi dan Sam Djunaedi, rekannya. Mursalim berpura-pura tak terjadi apa pun dan meminta Yogi membantu tugasnya sebagai sekuriti.
"Tunggu sebentar di sini, nanti Sapirin yang akan merapat," tutur Mursalim. Ia kemudian kembali ke kamar Yoshimi menggunakan kunci dan akses milik Yoshimi.
Setelah menggasak barang berharga Yoshimi, Mursalim lantas kembali ke lobi dan bertemu dua rekannya, Sapirin dan Yogi, sampai sekitar pukul 07.00. Lima belas menit kemudian, Mursalim menemui komandan regunya untuk pamit pulang lebih awal. "Dia izin sakit," ucap Yogi.
Menurut Yogi dan Saripin, Mursalim sosok yang ceria. "Dia suka bercanda dengan teman-temannya," kata Yogi. Kendati demikian, keanehan muncul ketika Mursalim meminta izin tak masuk kerja lantaran sakit, padahal sebelumnya tak pernah. (Baca juga: Pembunuhan Yoshimi, Begini Polisi Memancing Pelakunya Mengaku)
DINI PRAMITA