TEMPO.CO, Jakarta - Setelah berjalan selama tiga tahun, proyek reklamasi Teluk Jakarta membuat nelayan kehilangan mata pencahariannya. Beberapa nelayan terpaksa berubah haluan dan mencari pekerjaan lain.
"Ada sekitar 100 sampai 150 nelayan terpaksa beralih profesi menjadi pemulung," kata Muhammad Taher, Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia, saat ditemui di PTUN Jakarta Timur, Selasa, 15 September 2015.
Taher mengaku semula ia adalah nelayan tradisional. Sejak proyek reklamasi berjalan, mau tak mau ia berganti profesi menjadi pedagang ikan. Selain menjadi pemulung, kata Taher, nelayan juga beralih profesi menjadi sopir angkot atau pedagang ikan yang mengambil ikan dari daerah lain, seperti Cirebon dan Juwono. "Apa pun yang penting bisa makan, anak bisa sekolah. Yang penting ada penghasilan," kata dia.
Terkait dengan penghasilan, menurut Taher, semula ia bisa mengantongi uang Rp 300-500 ribu per hari. "Tapi sekarang dapat Rp 100 ribu aja udah bagus," kata dia. Taher berujar rata-rata nelayan yang beralih profesi memiliki pendapatan Rp 35-50 ribu per hari.
Sekjen KNTI Untung Sukaedi mengatakan nelayan mau tak mau tak lagi melaut. Sebelum ada proyek, nelayan hanya cukup berlayar sejauh 5 mil untuk mencari ikan. "Sejak ada proyek jadi harus di atas 10 mil kalau mau melaut. Kalau tidak akan dikejar oleh patroli lalu ditenggelamkan," kata dia. Padahal, kata Untung, tak semua nelayan memiliki kapal yang sanggup berlayar hingga 10 mil.
Untung juga menceritakan soal kapal nelayan yang mendadak hilang. "Ada ratusan ya, sekitar 100 kapal nelayan, yang tiba-tiba hilang," kata dia. Padahal, menurut Untung, harga satu kapal sebesar Rp 35-45 juta. Akibat intimidasi seperti ini, banyak nelayan nekat menjual kapal untuk modal beralih profesi.
Atas semua kerugian yang diderita nelayan, Untung dan Taher mengatasnamakan KNTI menggugat Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 2238 Tahun 2014 tentang Pemberian Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau G. Dalam menggugat, mereka didampingi oleh tujuh lembaga bantuan hukum dan organisasi lingkungan. (Baca:Ahok Bantah Reklamasi Penyebab Pulau Kepulauan Seribu Hilang)
DINI PRAMITA
Baca juga:
Alumnus UI Ini Jatuh dari Lantai 13, Gara-gara Cinta Segitiga?
Setelah Diserang Fadli Zon, PDIP Siapkan Pengganti