TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mempersoalkan data angka ramalan produksi padi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Kalla menginginkan prediksi produksi padi dari BPS dievaluasi.
Ramalan BPS produksi padi tahun ini mencapai 75 juta ton perlu dihitung ulang dengan benar. "Karena itu terlalu tinggi sehingga berbahaya untuk landasan perhitungan yang akan datang," kata dia di kantor Kementerian Pertanian, Rabu, 16 September 2015.
Kalla ingin perhitungan proyeksi produksi padi tersebut dievaluasi lebih cermat. Meski mengakui angka tersebut tak menyebabkan produksi naik atau turun, dia mengatakan perhitungan angka statistik 75 juta ton tersebut akan mempengaruhi subsidi pupuk, subsidi bibit, dan jumlah petani.
"Namun jangka pendeknya ialah perbaiki bibit dan pupuk pada waktunya, rehabilitasi pengairan dan penyuluh. Cuma empat itu saja, tidak ada cara lain," kata dia. Dia menyebutkan hanya empat hal itu yang menjadi tugas Menteri Pertanian. "Bibit kualitas tinggi, tepat waktu pupuk, pengairan diperbaiki, dan beri penyuluhan."
Kalla mengingatkan untuk berhati-hati dalam menghadapi kekeringan akibat El Nino. Pelaku sektor pertanian harus siaga menghadapi kekeringan agar tetap menjaga produktivitas. Di masa lalu, Kalla menilai harga beras adalah dilema. Alasannya kenaikan dan penurunan harga sama-sama salah.
"Naik harga beras itu berarti menimbulkan inflasi, turun menimbulkan masalah di petani," kata dia. Agar tak harga beras tak menimbulkan masalah, Kalla ingin semua pihak menjaga produktivitas, kualitas bibit, dan pengairan harus terlaksana dengan baik.
Selain memberikan briefing di kantor Kementerian Pertania, hari ini Kalla menerima laporan dari Menteri Pertanian Amran Sulaiman tentang perkembangan sektor pertanian dan program tahun depan. Kalla juga berpesan agar program Kementerian Pertanian mencapai target swasembada setidaknya pada tahun depan.
BPS memprediksi angka produksi padi pada 2015 akan meningkat 6,64 persen atau sebanyak 75,55 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan data BPS, ini merupakan angka tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir.
Tahun ini produksi padi 6,64 persen peningkatannya. Tahun lalu turun 0,61 persen dari 2013, sementara pada 2013 naik 3,22 persen, pada 2012 sebanyak 5,02 persen, dan seterusnya. Perkembangan peningkatan dan penurunan produksi padi nasional dari 2006-2015. 2006 sudah riil sampai 2014.
“Sepanjang sepuluh tahun terakhir, tahun ini terjadi peningkatan paling tinggi karena Upsus (Upaya khusus) dengan berbagai upaya pemerintah dan masyarakat, sampai TNI terlibat untuk mengawal pupuk,” ujar Kepala BPS Suryamin di kantornya, Sabtu lalu.
BPS berharap Upsus yang diupayakan Kementerian Pertanian konsisten meningkatkan produksi pangan. Upaya khusus itu, berupa pemberian benih, dan pupuk serta alat mesin pertanian kepada petani.
“Pemerintah kan sudah melakukan beberapa upaya khusus meningkatkan produksi dengan membantu benih, pupuk, alat mesin pertanian seperti traktor, pompa air, dan lainnya,” katanya.
ALI HIDAYAT