TEMPO.CO , Texas:Ahmed Mohamed, 14, yang menjadi fokus setelah ditahan karena jam buatannya untuk proyek sains sekolah disangka bom, tidak akan kembali melanjutkan pendidikannya di sekolahnya, SMA MacArthur, Austin.
Ayahnya, Mohamed Elhassan Mohamed, mengatakan anaknya akan dipindahkan ke sekolah lain tetapi belum menentukan sekolah mana.
Mohamed yang bermigrasi ke Amerika Serikat dari Sudan, percaya anaknya menjadi sasaran karena bukan berkulit putih dan agamanya, Islam.
"Dia tidak pernah menimbulkan masalah. Nama anak saya, Ahmed dan Mohamed menyebabkan orang menganggap umat Islam adalah teroris tetapi kami menginginkan perdamaian," kata Mohamed seperti yang dilansir CNN, Jumat 18 September 2015.
Menurutnya, pihak sekolah tidak menghubunginya memberitahu anaknya ditahan dan dia mengetahui kejadian itu ketika dihubungi polisi.
"Ketika sampai di kantor polisi, saya melihat anak saya yang diborgol, dikelilingi lima polisi dan sekolah kemudian memenjarakan Ahmed selama tiga hari," katanya.
Kejadian itu yang menyentuh hari banyak orang menyebabkan Ahmed menjadi perhatian sehingga mendapat undangan dari Gedung Putih, pujian dari CEO Facebook Mark Zuckerberg serta muncul dalam acara 'Good Morning America' ABC.
Hashtag Twitter #IStandWithAhmed dan #EngineersForAhmed menarik lebih sejuta pos dan tweet.
Ahmed mengatakan: "Ketika kejadian saya sangat takut dan malu tapi sekarang gembira. Saya mendapat dukungan dari seluruh dunia dan dukungan itu bukan hanya untuk saya tapi untuk menjadi pengalaman."
Dalam wawancara dengan wartawan MSNBC, Chris Hayes, Ahmed mengatakan dia ditarik keluar dari kelas oleh kepala sekolah serta lima anggota polisi dan dibawa ke sebuah kamar untuk siasat selama satu jam setengah.
Mereka tidak mengizinkan dia menghubungi orangtuanya dengan alasan sedang diinterogasi. "Saya merasa seperti penjahat, seperti teroris seperti digelar teman sekolah hanya karena ras dan agama saya," katanya.
CNN|YON DEMA